31.10.12

Bercinta antara Kawanan Awan dan Nirmana

Nirmana menunjuk ilham keabsurdan yang terabsurd sekali untuk menuntun absurd. Berkeliling memusingkan agar tak berpaling untuk tidak memalingkan sesekali dari yang terpaling sekali pun.

Getaran-getaran itu kini bergetar menggetarkan indera penggetar raga. Merasuk pembuluh-pembuluh merah berarah, mengarahkan yang tidak ingin terarah. Oh, mungkin ialah sebutnya sebuah Nirvana beraroma surga semata.

Memejamkan dua pejaman hingga saatnya terpejam menikmati indahnya seni delusi. Warna-warni membuntuti yang mengilhami untuk sebuah apresiasi. Inilah nikmatnya kreasi berwajah dimabuk pelangi.



Ekspresi ambigu terlihat oleh malam dalam posisi tengah. Sebutnya dalam kegelapan menyulam auman awan-awan tipis. Sangat manis untuk mematikan perlahan kisah hidup yang terlihat dinamis.

Kawanan awan yang membawa artian mengawang bak melayang dalam rupawan layangan. Oksigen tak mampu menyapa, mendukung dan dermawan memberikan kasihnya dalam situasi duniawi ini.

Mencumbu gumpalan bergelombang karbondioksida dan pelangi Nirmana.

23.10.12

5 untuk 23

23 Oktober 2012, kepada angka 11...

Tolong, jangan menjadi debu karena kamu akan kuat dengan caramu mengenal pintu barumu.

Maaf, sebagian itu kini menjadi satu. Itulah pilihan yang harus terpilih untuk dipilih karen amengharuskan memilih.

Terima Kasih, untuk menjujurkan diri pada dunia atas makna kasih yang kamu tabung dalam angka11 ini.

Semoga, kelak kamu akan mengenal artian 'kuat menjadi diri dengan berdiri dan berlari mengejar mimpi sendiri.'

Amin, karena Dia, saya, mereka beserta semesta akan dan selalu mengaminkan apa yang akan serta ingin kamu inginkan.

Hey, 11, do you know? 
I let Him saved me.
He didn't let me drown. 
He was and always fix me. 
I'm thankful forever.
V E R T

21.10.12

Prosa Berpujikan Terima dan Kasih

"Ini bukan Supernova. Aku akan membuat pintu baru, jalan baru, dunia baru, lanskap baru dengan cara baru."

Dengan 5 kata magic saya selalu mempersembahkannya untuk 'aku', kamu, Dia, mereka, kami, kita, dan sekitar, beserta para pengagum Semesta lainnya. Saya akan selalu baik dalam harapan-harapn hingga mimpi-mimpi yang nanti semoga terealisasi. Sudah cukup lama untuk membungkam. Sudah bosan menunggu dalam bisu tanpa tau apa yang dimau. Inilah saatnya untuk memuji apa yang ingin direalisasi, nanti.

Kini artian Terima Kasih akan selalu bergema, mengudara dengan adanya lanskap-lanskap indah. Berbuah petunjuk jalan dimana saya akan membuat aturan sendiri dengan cara yang terbaik dari diri, 'Saya mampu untuk mewujudkan apa yang diimpi.'

Selalu, makna kita adalah tidak sendiri dalam kesendirian yang menyendiri. Kasih yang mengasihi dari segala sudut konstruksi yang berapresiasi menjadi sebuah ekspresi akan selalu menemani. Bertopeng seperti apa dalam panggung yang berbeda tak menjadi masalah jika kita ingin memberikan apa arti bahagia pada sekitar dan semua. Percayalah mereka beserta Dia adalah pemicu yang tak berancu. Memicukan harfiah yang tersirat bahwa kita berjiwa. Karena jiwa ada, maka berusaha dan berjuang itu pun ada.

Segala pujian untuk pengangum Semesta dipentaskan dalam sebuah prosa berperasa bahwa mereka berjiwa adanya. Terima kasih, semoga dan amin.
V E R T

Melepas Tali Ambigu

Ratusan masa lalu, coba mencoba memilih baja mengeratkan hubungan yang menghubungkan suatu hubungan untuk saling berhubungan dengan  sebuah penghubung dua sosok.

Kini merasa harus mengindiekan apa yng ingin diindiependentkan. Meyakini sendiri sang Tuan tetap akan menemani  dengan sebuah panggilan bernama harap. Harapnya untuk mengharapkan harapan yang diharap-harapkan akan makna kebahagian untuk sekitar.

Saat masa ini juga memutuskan keputusan yang sebenarnya berputus pada putusnya ketersiratan arti terputusnya untuk mencetuskan. Bahwa ke depan akan sendiri mencoba menegakkan tegapnya raga pejuang yang belum merasa berjuang melangkahkan diri bercumbu dengan bedebahnya dunia.

Ini ialah semoga dengan makna ucapan-ucapan beserta pergerakan yang digerakan oleh gerakan-gerakan logis dan rasa. Terkandung dalam jiwa beserta raga. Berkata amin dalam sebelum terealisasi sesudah terapresiasi dan berekspresi di panggung dunia dengan kehadiran semesta sebagai wacana.

Tolong dengan binaran.
Maaf dengan senyuman.
Terima kasih dengan tutupan.

V E R T

19.10.12

Lilin untuk KURVA

Mengaku jalang beremang melayang-layang. Menghantui penikmat dosa beserta runcingan gunjingan kotoran cinta, sebutnya. Entah berantah mengapa sukar bernafas terengah. Cari-cari dicarinya siapa ia dalam guratan sketsa. Tergambarlah imaji tanduk pencuri belalai-belalai bertekstur mancur.

Kotor menyulam sulaman kelam berupa penghuni setiap malam. Air bermancur memancurkan dahaga kesadaran nestapa, ialah ketakutan. Tak berjantung, serupa bunga bangkai membusukkan kehidupannya dalam kebun semesta. Mengusikkan pencium indera bermakna menyentuh keauman masa dimana berseteru dengan kiasan Kurva berulah.

Labirin bertebaran mengumbar lebarnya sudut-sudut lancip menggajilkan nanah pemikir. Jebakan penjebak di diri menjebak si terjebak. Kebingungan membingungkan pembingung dalam kata bingung. Getir bergetar berujung seni ketakutan. Memahat racun, melukis kalut. Bisu membisukan segala kebisuan hingga terus membisu.

Redup, lalu meredup seketika kedipan lilin titipan Pencipta menjuntaikan irama harapan kembali. Hingga tersadar dari kesadaran tak bersandar, disadari ia mayat hidup terkubur kubangan gelapnya kegelapan tak berhati, Tutupnya ketertutupan sebutnya penutup hati yang tak pernah mau melangkah sedikit pun.

Remangnya kerlipan lilin pemersatu doa dan dogma. Beruntai kata-kata indah teduhkan kosongnya jiwa. Seni ketakutan hilang tak berusap raga, sadarkan dirinya tak semudah itu berpikir hidupnya adalah prostitusi dunia.

Batu nisan Kurva mencabutkan diri yang sekaligus bangkit oleh uluran jemari lilin-lilin si Penari Semi. Melihat, berperasa, meneduh dan berdahaga kembali memaknai hati, hidup dan dunia. Siapakah kini masanya Kurva itu? Kini ia adalah seni ketakutan yang melusuh berkubang dalam bingkai berbangkai liang lahat. Melangkah terangkat bersama sang Penari. Mencoba sembuh untuk berjalan dalam jalanan perjalanan kehidupan.
(Dia tersenyum)

'Selalu bersiaplah dengan hal terburuk sekali pun.'
DUMM

18.10.12

Kata Kamis

Sudah terlalu lelah dan gelap untuk menyapa dunia, Kamis mengulurkan beberapa kata menjadi kerlip-kerlip cahaya. Di masa itulah kembali Prosa bercerita, 'Selalu bersama membangun tangga-tangga untuk menjadi yang terbaik dari dirimu.' 

Hijau terbang dengan ukiran-ukiran air mata bersayap patahannya. Kala rasi bintang dalam masa hitam itu tersenyum mengaumkan lukisan Pencipta untuknya. Tanda sebuah kasih bahwa tidak selamanya imaji lanskap depresiasi mampu meracuni pembangun hidup.

Air terjun menyedihkan saatnya terhenti. Terhapus ciuman rancu prosa-prosa Kata. Berkisah inilah saatnya memutihkan kembali tulang-tulang rapuhnya. Menjadikan darah sayunya sebagai makna terbentuknya kembali ensiklopedi kehidupan, dunia dan semesta.

Maaf Masa. Tolong, Pencipta. Terima kasih Dunia. Semoga Semesta. Amin, Semua.

17.10.12

SENJA SELASA

Masa kedua menyapa berjingga
Tertuju pada dua bayang satu Selasa
Kala romantika mengombak irama
Terpejam dalam tiga titik berada

Dan Rabu berguling mundur
Ambigukan indera buta, absurdkan pertapa,
Bermain tangga, tak mampu stagnan berbangga
Tetap meruangkan gelap memantulkan tak ada harap

Oranye tersipu, senja (masih) membisu. 
V E R T 

15.10.12

Alih Statis

Menyendiri sendiri dalam kesendirian diri. Menyelam dengan hubungan nuansa kegelapan setiap sudut persefektif minus. Menghirup dengan puyuhan iklim cahaya setiap rona garis konstruksi lurus.

7 masa berimitasi meditasi-meditasi seni. Membutakan prosa, melumpuhkan sastra, mencacatkan hujatan-hujatan kata untuk individualis minimalis berkoyak miris.

Memasangkan puzzle-puzzle huruf, merubbikkan kata-kata berdansa rima, menghijaukan kalimat-kalimat neraka, serta mengabstraksikan sang Abstrak yang terabstrakkan.

Diagram Xena berpenjarakan Diam, Bisu, dan Sembunyi. 
VERT

9.10.12

10 Juli 1990

"Mah, sedang apa di sana? Sehatkah? Neng di sini sedang tidak tentu. Apakah dengan sastra, Neng mampu untuk memberimu sesuatu? Jaga pola makan ya. Jangan lupa susu khusus untuk kontrol gula darah dan kalsiumnya rajin diminum. Meski saat matahari sedang berlari, yakinlah harapan-harapan Neng dari sini selalu menemani Mamah."

"Pap, pasti baru pulang ya dari Sumedang? Cape sekali ya bolak-balik Garut-Sumedang hanya untuk menemani si Mamah yang tidak mau sendiri di ranjang setiap malam. Oh iya Neng di sini sedang risau. Apa Papap tahu sebenarnya Neng lebih mencintai menulis daripada menggambar? Sayang ya, dari dulu Papap tidak pernah tahu berapa banyak kumpulan buku diary Neng yang tersimpan banyak di dalam lemari lusuh 'itu'."

"Mah, Pap, maaf jika Neng sering bungkam, diam menutup organ lembut itu tanpa berucap selalu apa yang Neng mau. Neng hanya berani menumpahkan kata dalam bentuk prosa berburuk rupa. Terlalu biasa dan tidak istimewa untuk semacam pahlawan seperti kalian yang sungguh nyata keindahan surgawinya. Bilamana suatu hari kalian tahu akan semua kalimat-kalimat ini, Neng hanya ingin kalian tahu bahwa ini adalah seberkas doa. Doa dengan kata, 'Semoga kalian tercinta selalu sehat walafiat agar kalian akan terus mampu untuk sedikit demi sedikit mengetahui banyaknya kumpulan kata yang Neng dedikasikan untuk semesta dan untuk kalian nanti.' Biarkan 'amin' menjadi pintu penutup kalimat-kalimat ini. Meski kedurhakaan ada dalam sisi tercuram sekali pun, percaya saja Neng selalu dan akan terus menyayangi kalian. Dan Neng percaya, kalian selalu merasakan pendaman kasih ini, meski Neng selalu bertopeng dalam pentas kehidupan kalian di Rumah Retro kita."




Untuk 10 Juli 1990 dari 5 Juli 1991,

7.10.12

DISTORSI - KEMATIAN DINI

Bising berurat darah. Terpenjara dalam kubangan langit. Persamaan jeruji runcing menghantam peluh raga. Hantaman risau teriakan ratusan manusia rusuhkan suasana.

Kicauan-kicauan distorsi setiap sudut tanduk menyergap jiwa. Diam namun berjingkrak lelah. Tak mampu bergerilya meski semata mencairkan nanah.

Pasukan para setan menyerang dengan beribu kilauan kepalan tombak. Makna semangat untuk mengurung satu jiwa terdampar sesat. Kesialan terbata hanya menganggukan asa dalam rasa geram menyeram.

Distorsi ini hendaklah mati. Hujan berpeluh lain, berkata aku ialah kematian dini.
V E R T

6.10.12

Imaji Bernama Kita

Bermain memblur dalam semak. Jika memang satu, kita tak kan lagi tersentak. Kisah kita sudah disimak oleh dia yang selalu menyimak.

Tanda tanya itu selalu tersirat dari kelopakku maupun dirimu. Kelak akan menjadi tanda seru. Mungkin setelah tahu jawabku dan jawabmu atas kita, sebagai aku dan kamu.


Siapa kah atau siapa pun kamu dari dalam semak itu, aku tahu kamu lah si penunggu.

Siapa kah atau siapa pun aku, inginnya untuk berlari sembari keras mencari. Bukan semak-semak itu, tetapi kamu yang hendak tersipu selalu.

Meski perjalanan terus berjalan dengan kata jauh, kisahnya terus akan mengayuh. Berjuang untuk tak rapuh hingga mampu memaknai dua sebagai satu.


Berimaji sementara. Suatu masa akan ada kata. Bertanda terikat selamanya. Maka, ialah Kita. Semoga.

V E R T

4.10.12

KAMU

Tuan Kata bertabur kalimat berdansa prosa
Sang Langit yang melipat sang Rindang hingga terikat
Unsur hujan penyejuk semesta, peneduh angkasa
Ialah lanskap senja dan sore ceria

Kamu dari Galaksi Fantasi.
V E R T

KAMI

Satu gelas bersama, berwarna, satu rasa
Mengantarku dan dia membuka galaksi cakrawala
Oleh nusantara dan semesta kami tak akan kalah
Keluh dan resah akan kerajaan biru, tak buat kami resah

Jarum masa tak pengaruhi kami, meski berlari
Bernyanyi, menari, lalu serasi, sebutlah ialah kami
Hingga iringan mentari mengetuk pagi
Semesta dini berganti terlelap sunyi

Dzikry Puji Gustina dan Paskalia Gare!
V E R T