30.11.12

BARA DURMA

Semua terasa berdahaga, nikmatnya bergemercik telaga
Terus mencandu bermanis madu
Hingga sisi kiri meraja hingga berjaya
Merangkul bergemuruh bertamak rusuh

Sudut-sudut debu berlirih sendu
Menggelap menyulut kalap
Menyulam hitam beribu benang suram
Hanya, satu sudut kalut bermunafik lembut

Saat tengah berjalan, sisi kanan berpolos ria
Bertanya menanyakan pada tanda tanya
Sosok diri ialah siapa adanya
Hingga dirinya dan diri silih membara

Takdir mengutuk agar menunduk
Inginnya nikmat namun sakit pada keagungan
Takdir perkasa buatnya tak kuasa
Inginnya melawan namun meninggalkan simpulan

Tamak yang tak menjinak, ialah dirinya
Baik yang sempat mengabaikan, ialah diri
Kasta yang untuk nama kuasa, adalah dirinya
Penolong yang akhirnya tak tertolong, adalah diri

Membangkai dini yang bukan sebuah akhir
Dengan sebelumnya memilih pilihan yang terpilih
Dan inilah pilihan geram bercuram lebam
Membangkai menjadi sebuah kesimpulan kecam

Berima Durma,
inginnya menjadi Derma,
dan inilah yang diberi dari Darma...
V E R T

29.11.12

Dua Astronousa Bercinta di Antariksa

Kamu bernada
Aku bertinta
Kamu berirama
Aku berima

Pohon galaksi meneduh
Dua rupa melenguh
Galaktika berperasa
Sebuah satu merasa

Lilin-lilin bintang dan bulan berjaya
Supernova tak'kan kembali berlaga
Selama bercinta untuk berjaga
Biarkan orgasme ini berlama












Karena  pelaku Prosa dan pelaku Nada. 

23.11.12

I (We) Love You

Kamu berhak memilih apa yang ingin kamu pilih atas dasar karena pilihan itu pantas untuk dipilih. Hidup memang penuh ego dan terkadang kita terlalu menjadi buta karena ego itu. Hingga akhirnya seorang kamu pun membutakan sekitar. Jangan cepat menggoyah karena pertentangan pendapat dan pemikiran dari kiri dan kanan. Sebenarnya kamulah penentu. Mereka, aku dan kami hanya berseru agar kamu tak terus berseteru dengan goyahnya keyakinanmu setiap waktu. Aku dan kami memaklumi segala kekuranganmu. Aku dan kami menyayangimu. Bahkan sangat terlalu ingin menjaga karena rasa takut aku dan kami ini sungguh berseni. Artian takut akan segala kesakitan yang kamu alami mambuat kamu cepat untuk berkelupas. Termasuk melepas eksistensi sebuah jubah cantik yang selalu melindungi rupa sutramu dari beberapa koloni yang ingin melepas jubah itu dari dirimu.

Ini mungkin subjektifitas seorang personal yang memiliki banyak pola dalam pemikirannya. Bahwa sebenarnya keyakinan itu akan datang pada saat kamu ingin membuka tangan, pintu, beserta jendelamu untuk dia yang bernama yakin. Aku sebagai sebagian hanya mampu mewajari, karena aku tahu, setelah tahu, aku berperasa untuk empati, maka aku akhirnya mengerti. Ya, mengerti untuk memaklumi segala kekurangan yang pada hakikatnya ada pada seorang bernama kamu, kami, kita dan semua selaku pelaku semesta.

Setulusnya aku dan kami akan selalu meneduhkan seorang kapas yang selalu rapuh tercabik jemari-jemari adam yang kerap menyakiti. Jadi, jangan pernah menyerah untuk belajar bagaimana caranya  berusaha untuk segera membuka tangan, pintu dan jendela kamu untuk dia yang bermakna yakin. Aku dan kami akan selalu memeluk kamu di saat kapan pun yang kamu butuhkan bahkan tidak di saat kamu butuhkan sekali pun, aku dan kami akan selalu memelukmu. Memeluk seraya berkata untuk selalu peduli bila di saat kamu bersuka, berduka. atau pun berperasa asa yang dirasa sangat lelah sekali. Maklumi pula bahwa aku dan kami pun memiliki beberapa indera selayaknya berfungsional, di antaranya untuk berbicara atas pemikiran yang dipunya hingga berbuah pendapat, yang meski itu terkadang meretakkan organ merah hatimu.

Maaf, jika aku dan kami terlalu menyayangimu.
Terima kasih jika kamu mau mengerti aku dan kami.
Semoga aku, kamu dan kami sehat selalu untuk saling mengerti.
Amin.


Too much caring to you!
I (We) Love You, Fraya :)

17.11.12

Untuk VertDummPiada

Hallo, Dumm! Mari berjabat tangan. Lembut sebagai awalan bahwa saya adalah rangkulan sebuah catatan akan keseharianmu. Lembaran-lembaran ini ialah saksi dimana kamu menjadi dirimu yang paling berlanskap diri. Monokrom maupun aurora akan bermayor di dalamnya.

Hallo, Piada! Saya adalah baru di angka 21. Terbaru untuk berganti dari mereka yang sudah lalu. Berlari dan berlalu  namun tetap tersimpan dalam jaring-jaring tanpa berdebu. Kelak meski saya pun akan seperti mereka, tetapi inilah perhiasan sebagai warisan untuk kisah dongeng sebelum tidur bagi anak dan cucumu nanti.

Hallo, Vert! Bilamana semesta tahu sebuah saya ini ialah potongan mini dari serangkaian sastramu, segera lekas buat sentosa damai sehijau mungkin. Memang adanya saya ialah sepia namun biarkan kisah di antara monokrom dan aurora milikmu menambah segala warna dunia, semesta dan antariksa di depan masa, akhirnya.

Hallo, VertDummPiada! Jika saya sudah tidak mencukupi, simpanlah secantik mungkin. Rawatlah, lalu kunci. Simpan erat-erat setiap helai garis-garis penyimpan setiap kata, kalimat hingga berbuah kisah ini.

Hallo! 
Kepada, 
VertDummPiada 
di lanskap Pohon Galaksi nan jauh imaji di sana, 

Terus tuliskan yang tertulis di setiap tulisan dalam penulisanmu, 


Tertanda,
Lembar, Garis dan Harian

V E R T

7.11.12

DINI-HARI

Sebuah belitan benang yang selalu menjadi rutinitas sang dini hari. Siang, sore dan malam selalu membuang risau mereka pada masa ini. Selalu, berulang dan mengulang. Dini hari hanya mampu menyiratkan yang tersirat. Tak mampu menjelantahkan risaunya menjadi berbentuk sebuah bentukan yang terkonsep.

Banyak yang menonton bertepuk jemari bagi dirinya dalam drama, karena itu ia takut untuk membuka semua, jikalau sekitar dan dunia terlalu menuntut dirinya untuk menjadi yang mereka inginkan. Sayangnya, dini hari menyadari untuk tidak mengutukkan dirinya pada kekuasan egosentris. Bila terdorong, ironis akan menjadikan dirinya sebagai kisah miris tersukses di sepanjang hari yang berjumlah 7.

"7 sebuah jumlah yang ganjil. Dikatakan oleh seorang bernama Nona Hijau yang secara tidak langsung membuat manusia disekelilingnya menghitung harinya. Menentukan sebuah jawaban untuk sang fajar."

"Ketika rumput mulai berembun, dia akan tahu sesungguhnya keraguan dan rumitnya dini harinya ada pada secangkir kopi. Semoga dini hari akan memberi jawaban untukmu tanpa keraguan.  Amien."

Kopi sedang tidak mau aku racik dengan auman dahagaku. Dia sedang istirahat dengan cantiknya bersama air hangat dan dini hari lainnya. Kini hanya kumpulan gelombang karbondioksida saja yang masih mampu mencumbu dengan rancunya.

"Kisah murung yang terjadi pada dini hari tak satupun dapat mengobati. Yakin pada dirimu Nona, bahwa pikiran yang kamu curahkan saat ini adalah rindumu pada saat malam berganti pagi."

Terima kasih untuk Amin-mu. 
Pembalasnya dengan Semoga-ku.
Amin.
V E R T

6.11.12

Bangkai Berjalan

Lari-lari pergi dan sendiri yang berlari. Mencampakkan yang tercampakkan karena kesalahan naluri beironi picik simetri. Logis mengiris-iris irisan wawasan di luar nalar hingga mati teriris miris. Siapa yang mampu memberhentikan pelarian ini?

Sembunyi dan menguburi diri dalam elemen coklat berbubuk bangkai setengah mati. Memurungkan rupa sesayup retakan putih tulang ternoda. Menutup -yang mereka sebut- indahnya pelangi dunia. Takut dengan macam warna, macam raba dan stagnanisasi sendiri tak berarti menjalani siklus semesta di masa ini.

Bungkam dalam bungkaman yang terbungkan untuk membungkan penekanan keinginan membulam. Bermasa-masa lamanya menakuti mimpi sendiri. Merubuhkan tangga cita, memruntuh helai-helai hawa,  mematahkan sayap-sayap untuk terbang ke dalam lukisan Nebula sana.

Hampa dalam lancipnya sudut-sudut tak berirama. Logika mengalahkan nada-nada rotasi ambigram -yang sejujurnya- memang harus diterimakan dan bersiap akan adanya. Menciptakan logika sendiri, sangat diterlalukan untuk lebih sampai mencabik sendiri. Yang akhirnya sebutlah bangkai berjalan mencari secuil makna sembuh untuk berperasa akan siklus artian hidup dan kehidupan.

yakni aku, di masa itu. 
ialah kamu, di masa ini? Semoga lekas sembuh.
V E R T

3.11.12

Fobia Takut

Piada: "Mengapa kamu telanjang berselimut gelap Dumm?"

Dumm: "Saya takut cahaya mengulurkan tangannya untuk membuat diri menjadi normal seperti lainnya."

Piada: "Mengapa kamu memeluk benda mati?"

Dumm: "Dia tidak mematikan selayak yang kamu kira. Dia pelengkap yang sangat tahu tentang rupaku sebenarnya dibanding mereka yang hanya tahu saya adalah seorang bodoh."

Piada: "Apa yang kamu tangiskan?"

Dumm: "Malu karena diri adalah benalu. Mengasaskan emosi hingga menutup diri bagi logika dan hati. Terlalu menjadi pelaku drama sampai saya mati rasa."

Piada: "Apa saja yang kamu rasakan saat ini?"

Dumm: "Takut dan ketakutan."

Piada: "Sebutkan ketakutan yang paling menakutan dalam rasa takutmu, Dumm!"

Dumm: "Saya takut simbolik hawa meninggal. Saya takut menjadi stagnan. Saya takut bercuram merah hati yang sangat dalam."

Piada: "Kamu percaya konsistensi Pencipta dan Badut?"

Dumm: "Jelaskan."

Piada: "Pencipta menciptakan ketakutan agar kamu terlahir berani. Badut diciptakan ceria agar dia tidak terlihat lemah untuk terus menutup kesenduannya pada dunia."

Dumm: "Lalu, fungsi kamu berkata?"

Piada: "Karena aku adalah sisi di saat kamu sedang kambuh dan aku berusaha untuk selalu ikut berperan dalam proses kesembuhanmu."

Dumm: "Ada yang lainnya?"

Piada: "Mereka ada dan tidak terhitung. Terutama Dia yang sedang berdoa selalu agar kamu mampu menjadi makna laut yang tenang."

Dumm: "Haruskah saya sudahi?"

Piada: "Segera sudahi penyakitmu. Aku, Dia, mereka, dan Semesta akan selalu membantu memicu untuk kamu agar lekas sembuh."

Dumm: "Jika saya sembuh, maka saya mati."

Piada: "Maka kamu tidak akan mampu untuk memicu Dia dan mereka untuk mengerti lagi makna bertahan dalam mempertahankan yang harus dipertahankan."

Dumm: "....."

Piada: "Nikmatilah artian baik dan buruk di antara jiwa dan ragamu Dumm. Sempurna itu relatif."

Dumm: "Saya akan selalu mencoba dan berusaha jika memang rasanya saya mampu untuk melakukannya."

Piada: (Senyum)

Dumm: "Saya ingin berpetualang ke dunia bernama luar. Temani dan hibur saya jika kamu mampu."

Piada: "Mengatasnamakan Piada adalah tanggung jawabku untuk menghiburmu dan mereka. Ayo lekas bergegas Dumm!"

Terima kasih Piada dan kamu yang ingin pergi ke Pantai nan jauh adanya Jingga di sana.
V E R T

HARI-DINI

Siklus aktif ini menggelombang mengelilingkan logika antariksa dan di antara pertengahan keseimbangan dua dalam dunia. Statis mengemis menganak satir sebuah layar berbaku formal global. Membodoh-bodohi kebodohan terbodoh berlaku oleh si bodoh.

Melihat-lihat penglihatan yang tak perlu untuk dilihatkan dalam sebuah lukisan penglihatan layaknya liang lahat. Lalu, berperilaku remuk untuk berkubang tergelap sekali pun. Menjadi candu dalam rancu rapuh. Berpeluh lesu, mengecam semu. Kekalnya bermutlak pada picuan sang Kasih. Sebelum meniupkan nada akhir, biarkan ialah artian memproduksi kata bagi semesta sebutan karya.

Merusak diri, mencerdaskan diksi, berevolusi inspirasi. 
V E R T