8.11.13

Prosa Mini Malaikat Pencatat Amal Baik

Sebuah kibasan sayap berlian melihatku bermalam dengan semu. Berbisik, bahwa gagal mencatat kebaikan mereka yang mengobral keburukan padaku. Dengan tampannya, mulailah tersenyum melihat keburukan mereka yang memburukkan diamnya aku. Dia berlontar, mungkin akan berubah menjadi malaikat pencatat amal buruk, jika aku berburuk rupa seperti keburukan mereka.

Sayap-sayap itu akhirnya menuliskan sebuah prosa mini untuk menghiburnya sendiri.

'Bibirmu tutup saja. Biarkan kecerdasan yang berbicara. Alam selalu bijak memilih siapa yang lebih pantas untuk berbaur bersama tanah terlebih dahulu.'

"Jangan pula lupakan cermin agar kamu paham seperti apa kamu ada di antara persamaan dan perbedaan."

Dan yang aku lihat, itu adalah Bulan yang sedang menuliskan 'Purnama'. Pertanda, sempurna jika aku mampu sebagai manusia yang menerimakan seluruh luar-dalam semesta.

7.11.13

Lalala

Bulu kepala kusut, setan menghasut.
Iblis melembut, rohani menyusut.
Dikurung tembaga, haus akan raga berdahaga. 
Suci sudah tak mendatangi, ragu memikat kembali.
Jurang menusuk rusuk. Yang-terpuruk-makin-memburuk.
Liar membuyar, lesu berkoar. 
Seiring gemintang bertebar, malam ke malam menerus nanar.

Yang diketahui berada dalam tumpukan buku, mengecil sebesar kutu.