31.12.12

Mereka Menghabisi Waktu

Amin.
Gaun kaki baik benci makhluk tidak berkemanusiaan.
Kapan mati?
Isi berupa popok tinta dan arang. 
Sejoli.
Hijau suka Harrods.
Panda dimana?
 4th.
Sudah, jangan marah, nanti lelah.
Kamu Pintar dan Aku Kaya.
 Lebih tersenyum seperti ini. Mereka yang menghabisi, bukan si Burung Biru.

Hai Dessy

Hai Dessy,
Lemparkan 5 belulang kecilmu.
 Ini aku, teman alienmu.

Hai Dessy,
Lebarkan garis-garis halus rupamu. 
Jangan ragu, itu cantikmu.

Hai Dessy,
Lukiskan terus lanskap imajimu. 
Semesta nyata selalu menunggu semiotikamu.

Introducing, Dessy Rachma, a cheerful fellas.
PS: I can't draw like you and really sorry for make your photo looks like so awful :*

Big thanks!
You have described me with your awesome illustration. 
So feminism!

Hai Dessy.
Jujurnya yang kamu lihat terkadang jingga. 
Harapnya semoga lekas selalu menghijau, segera. 
(AMIN)

28.12.12

Hijau?

Aku belum dihijaukan.
Realitanya diteduhkan saja (dulu) belum mau. Masih berpanas ria dengan cuaca sepia. Beremosionalitas selalu dengan pidato sampah beribu sastra. Berlukis seperti dosa-dosa yang bertingkah selayaknya tinja.

Aku belum menjadi hijau.
Inginnya meneduhkan seluruh keluh masih dengan ketusan peluh. Pohon saja belum aku temui dalam selipan indahnya antariksa dunia.

Aku belum menghijau.
Nyatanya berteduh saja belum mampu. Terus aura kemarau selalu meracau yang membuat rusuk terlihat seperti pasir busuk.


Aku bukan pesimis termanis yang bergerimis magis. Aku hanya masih bertanda tanya pada diri, kapan akan menjadi penyembuh untuk personalita yang bertumbuh merah hati.

Ini masih opera buta.
Siklus dari 'Semoga'.

27.12.12

Titik-titik Tanda Tanya

"Kenapa mempertanyakan tanda tanya?"

Aku sedang mempertanyakan pertanyaan yang tak harus ditanyakan. Katanya pertanyaan sewajibnya dijawab oleh pernyataan. Aku menjawab segala tanya dengan pertanyaan. Tanda tanya dalam diri ini hanyalah semerbak ambigu saja. 

Bertanya pada tanda tanya yang sedang mencari seru atas titik agar menjadi akhir. Dan hanya saja ternyata dalam segala hitungan pertanyaan seisi semesta ini hanya akan terjawab oleh titik-titik. Selamanya tidak akan terjawab oleh jawab. Jawaban atas segala yang ditanyakan tanda tanya adalah meyakini diri pada isian dalam titik-titik (itu). 

Aku mulai mengisi titik-titik setelah tanda tanya bertanya untuk mempertanyakan dirinya yang ditanyakan. Ternyata penaku sudah meyakini dan raga dalam belulang jemari sudah mempercayai untuk menari. Semoga isian tanda tanya ini adalah selamanya.

Isianku adalah...
A K U   P E R C A Y A   I TU   U N I V E R S A L


23.12.12

'is'

Aku individualis
Terus dikikis
Intelektualitas kaum sosialis

Aku rupa egosentris
Antonim manis
Dalam semesta nihilis

Aku gumpalan emosionalis
Berselimut miris
di ruang ironis

Aku menipis
Secangkang tak berlapis
Berproduksi tangis

V E R T

16.12.12

Secangkir Hujan

Hawa melanskapkanku garis-garis air
Mendung, berkabung tanpa layung
Merugi gambarnya, layaknya diri dan hati terbanjiri
Tenggelam raga, tenggelamkan asa

Bagai beribu rintik-rintik berbisik 
Sungguhnya aku bersungguh ingin meneduh
Menjadi teduh untukmu yang melenguh
Agar Hawa merah muda selembut madu

Hawa, aku berjuang mencairkan lukismu
Kiranya bukan hujan, namun aku secangkir hujan 
Harapnya hangatkan gambaran warna mendungmu
Sebenarnya semoga akan selalu mejikuhibiniu

Teruntuk Rizqy Kawarizmi
Semoga dan amin untuk Folk-nya.
Sincerely,

15.12.12

Tiada Nona

Hey, Nona menggumul saja asap
Tak kunjung jumpa menikmat senja
Lalu, pandang tanah liat satu tatap
Kelak berwacana denganya, sungguh manja

Hujan membisikan tangisan
Bimbang, wahai biduan aduhai
Rupawan penuh kedermawanan, sebutnya Tuhan
Tanyakan sang imaji yang hanya berandai-andai

Oh, ternyata lama berpikir
Menutup tujuan utama
Berevolusi seorang kikir
Berwujud kias nisan tanpa nama

Ah, diam beratus-ratus kalimat
Padahal maunya melumat
Tiap-tiap tanda tanya berantonim nikmat
Sialnya Nona sudah tamat

Terlalu jahanam untukmu,
bila dibuat terus berdiri 
memaknai inilah pesakitan siklus 
V E R T

8.12.12

5 Pertemuan

Pertama, belajar tentang sosok lawan.

Kedua, belajar tentang dunia nada lebih luas.

Ketiga, belajar tentang seni dan berpena.

Keempat, belajar tentang kehidupan dan hidup.

Kelima, belajar tentang konsistensi dan pantang menyerah.

V E R T

1.12.12

R E B M E S E D

Memiliki organ-organ sempurna namun tak berhasrat berambisiusme cita yang padat. Kini bertemu akhir rotasi dari semua bulan yang sebutlah namanya yang tak perlu disebut. Sebenarnya tak ingin menyapa. Rupa ini sungguh ragu penuh malu mengingat selama putaran rotasi di tahun ini sama sekali belum ada perubahan yang berubah dalam pengubahan dengan seharusnya ubahan tentangnegative habit diri itu terlaksana. Sayangnya laksamana diri belum melaksanakan yang harus dilaksanakan agar terlaksana. 
 
Akhir dengan rotasi ke sebelas merasa ingin menjadi sesuatu namun tak berperasa sesuatu. Sesuatu yang terus menyatu dalam kesatuan satu-satunya terus beradu dengan bahasa pola pemikir kaku. Menghela nafas saja pun tak cukup untuk terus menjeda segala cita-cita yang telah terucap saat akhir angka 10 rotasi terdahulu. Entah apa sebab-akibat yang menyebabkan diri menjadi kembali selayaknya bangkai yang berbingkai tangkai-tangkai usai badai. Namun yang dirasa hanya sebuah keakibatan yang menjadi sejadi-jadinyai yang sebutnya 'inilah bangkai jadi-jadian yang menjadi-jadi'.
 
Mencoba ingin memutarkan, lalu mengingat sebelumnya ada sebuah mimpi yang terucap daging lembut. Sebuah mimpi (yang seharusnya) tercapai saat ini. Seharusnya saat ini menjadi sesuatu yang sangat menjadi-jadi. Seharusnya saat ini menjadi seekor yang tidak jadi-jadian. Seandainya dahulu belajar bagaimana caranya tidak terjerumus dalam kubangan tanah liat. Seandainya  dahulu menabung tabungan kata yang setidaknya saat ini mampu menjadi sebuah hasilan ratusan lembar. Ah, seandainya, setidaknya, seharusnya hanyalah sesalan implisit yang semestinya tak harus dirasa pahit.
 
Berloncat pada saat ini. Kini, rotasi ke 12. Rotasi akhir yang mengingatkan ucapan-ucapan berupa umpatan halus untuk ingin membahagiakan dunia dan ingin melengkapi warna semesta. Ya, kini bersapa kembali dan tetap menyapa, hingga berlontar pertanyaan yang berselimut pernyataan, "Menjadi manusia mati atau mayat hidup? Jika tidak mampu memilih maka pilihan yang akan memilihmu." 
Dan, setelahnya mencoba berlama untuk menutup dan menghela hingga terucap kalimat menantang seperti ini, 
"Menggunakan idealisme untuk mengubah pilihan tolol menjadi pilihan perkasa yang pantas dipilih dengan cara sendiri dan oleh sendiri!"


Dan mencoba untuk bersapa kembali . Ya, inilah saatnya.
"Hai, perkenalkan namaku Vert. Cita-citaku adalah memberi untuk sekitar, membahagiakan dunia, dan mewarnai semesta (serta memperkosa antariksa). Oh iya ini permintaanku, bisakah kamu dengan jumlah 31 masa untuk terus tersenyum dan menjadi baik? Hanya sekedar tersenyum adalah penyemangat untuku hidup. Hidup penuh dalam hasrat dan ambisi tanpa terus membual mual dan berbasa-basi. Dibalik pintaku, aku pun akan berusaha tanpa harus banyak berkata-kata yang terlalu apa adanya. Terima kasih ya jika kamu mengerti bahasa alienku ini."  (senyum)


Kini membuka kembali kedua kelopak. Kelopak yang sangat sebenarnya. Menyadarkan dan menyadari akan segala kemungkinan nanti. Nanti, di saat mungkin terjadi 'kematian dini', namun semoga tidak, tidak, tidak! 
Siapa pun yang membaca curahan sampah ini segeralah aminkan. (amin)