29.9.12

Hadiah Setelah Masalah


Mungkin malam ini kau tak akan lalui secara biasa
Mungkin kopi yang kau minum jauh lebih pahit dari biasa.
Atau mungkin karna ternyata hari-hari yang kau petik selalu menjadikanmu luar biasa
Hingga selain kamu semuanya adalah sangat biasa

A friendly gift from Bobby Ady Prasetyo.

28.9.12

Akibat ROMANSA

Inilah dua 'akibat' yang terlahir karena sajak Romansa.
Berlebihan atau tidak saya mengakui, bahwa saat melihat dua karya ini merasa senang berupa hiperbola.

Romansa pertama adalah sebuah video berupa animasi stop motion. Ini saya buat dengan sebagian saya. Awalnya hanya berupa sebuah tugas untuk mengikuti sebuah event di institusi yang saya tempati. Sayang, meski tidak mendapatkan hadiah berupa materi, tetapi kerja keras selama 17 jam, mulai dari take photo hingga converting menjadi format video ini sungguh berbuah banyak dengan applause tersirat dari teman-teman gores yang mendukung dan menyukai karya ini. Terima kasih kalian :*


Romansa kedua adalah sebuah karya desain berupa simbolik bagi sajak Romansa itu sendiri. Seniman tersebut yang dengan gagahnya tidak mengeluh dan tulus berbaik hati membuat simbolik ini adalah Anugrah Galih Garliaji. Lelaki pecinta sci-fi dan musik absurd inilah yang membuat Romansa semakin hidup. Terima kasih dan salam beribu galaksi ya Mr. Nebula :)


Ekspresif? Untuk masa ini hanya mampu tunjukan melalui kata, karena kata adalah harta terkaya dari timbunan ideologi saya. 
V E R T

26.9.12

The Help dan Sedikit Tentang Delta Blues

The Help adalah film adaptasi dari novel dengan judul sama karya Kathryn Stockett dan disutradarai oleh Tate Taylor yang disebutkan dalam wikipedia bahwa dia adalah teman dekat si penulis novel tersebut. Berkisah tentang Eugenia Skeeter dengan para pembantu berkulit hitam dari Johnson, Mississippi pada era 1960-an. Dikisahkan, Skeeter adalah seorang wartawan yang ingin mengangkat sebuah buku kontroversial dengan kisah fakta akan kisah-kisah rasisme dari sudut pandang para pembantu berkulit hitam (disebut 'The Help') yang berkerja untuk majikan mereka yang berkulit putih.


Disebutlah, Eugenia Skeeter (Emma Stone), seorang wanita lajang 23th berkulit putih yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di Universitas Mississippi. Setiba dirumahnya dia mendapatkan kabar bahwa Constantine, pembantu yang mengurusnya sedari kecil telah keluar tiba-tiba tanpa mengabarinya. Hingga datangnya sebuah rahasia yang ditutupi ibunya, Allison Janney (Charlotte Phelan) tentang Constantine dengan ujung kisah menyedihkan di akhir cerita.

Dan Aibileen Clark (Viola Davis) adalah seorang pembantu paruh baya yang banyak membantu membesarkan anak-anak kulit putih dari beberapa majikannya dan diketahui dia telah kehilangan anak lelaki satu-satunya yang meninggal akibat tertabrak truk. Lalu, Minny Jackson (Octavia Spencer) satu lagi seorang pembantu berkulit hitam yang berkemampuan memasak kue pai yang sangat luar biasa. Bisa disaksikan dalam pertengahan kisah dia memberi 'kejutan pembalasan' pada majikan yang memecatnya, Bryce Dallas Howard (Hilly Holbrook).

Pada awalnya kedua pembantu tersebut enggan berbicara kepada Skeeter, karena takut akan kehilangan pekerjaan atau lebih parah lagi. Aibileen adalah seorang pertama yang berbagi cerita setelah sadar bahwa anak-anak yang telah dia besarkan menjadi seperti orang tua mereka. Dan yang terpenting, kesadaran terbesar adalah saat ia mengingat akan kematian anak lelakinya yang mengenaskan dan tidak dipedulikan oleh kaum ras putih atas perlakuan mereka yang telah dilakukan pada anaknya.

Saat itu terjadi peristiwa dimana Medgar Evers, salah satu tokoh aktifis berkebangsaan afrika-amerika dibunuh di Jackson, Mississippi. Para pembantu dan Skeeter pun menyaksikan berita tersebut. Apalagi adanya penangkapan kejam salah satu pembantu bernama Yule May (Aunjanue Ellis) yang dipecat karena tuduhan mencuri sebuah cincin milik mantan majikan Minny, yakni Hilly Holbrook. Cincin itu Yule May gunakan untuk membayar pendidikan anak-anaknya. 

Sejak hadirnya kedua peristiwa tersebut, semakin besarlah ketegangan antara kaum pembantu berkulit hitam dengan kaum kulit putih yang selalu mengadah tinggi. Para pembantu itu menyadari bahwa buku Skeeter akan memberi mereka peluang agar suara mereka didengar, dan Skeeter akhirnya memiliki banyak cerita dari para pembantu yang ingin berkontribusi dalam pembuatan bukunya tersebut. Mereka tahu, saat itu adalah waktu bagi mereka untuk 'berbicara'. Kisah tentang Constantine, pembantu Skeeter di masa kecilnya pun ia masukan dalam bukunya.

Di tengah-tengah era diskriminasi berdasarkan warna, diceritakan bahwa Skeeter dan Celia Foote (Jessica Chastain) adalah salah satu dari beberapa orang-orang berkulit putih yang ingin membuat sebuah orde dimana rasisme harus dihilangkan. Jika tidak, Skeeter tidak mungkin memutuskan untuk menulis buku, The Help berdasarkan kehidupan para pembantu yang telah menghabiskan seluruh hidup mereka mengasuh anak-anak berkulit putih. Dan tidak mungkin pula dalam kisahnya, Celia menerima Minny begitu terbuka dan ramah, meski terkadang perilaku Celia selalu ceroboh hingga menjadi penguat karakter dalam film ini ketika diceritakan saat berhadapan dengan Hilly dalam acara sebuah pelelangan dana.

Film ini sangat cocok bagi penonton yang menyukai film drama sosial. Apalagi dengan inspirasi banyak untuk mempelajari makna kehidupan dari sudut pandang manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hati. Segmentasinya sangat cocok untuk ditonton oleh kaum hawa, karena kisah para wanita yang survive untuk menjalankan kehidupannya pada masa diskriminasi yang sedang maraknya terjadi di era itu patut dijadikan sosok inspirasi.

Tidak ada salahnya pula bagi kaum laki-laki untuk menyaksikan film ini karena agar mereka tahu perjuangan para wanita pada masa tersebut bisa disejajarkan dengan mereka yang mencoba bertahan dan melawan akan diskriminasi pada era awal 1920-an. Mungkin pada era tersebut, mereka berlari dan bercerita pada lirik yang dilontarkan pada petikan gitar delta yang disebut musik Delta Blues, sedangkan para pembantu itu melawan dengan suara dalam cerita pada tulisan berwujud sebuah buku yang dibuat oleh seorang penulis yang baik dalam bertutur kalimat dan sikap, yakni The Help.


Selesai menyaksikan film yang sudah publish pada 10 Agustus 2011 lalu untuk yang kedua kalinya, perasaan terharu dan miris kembali menggema dalam benak saya. Film ini mengandung persamaan dengan musik yang saya cintai, yaitu Delta Blues. The Help dan Delta Blues sama-sama menumbuhkan rasa respektasi saya yang semakin besar terhadap rasisme yang sangat fasis pada kaum kulit hitam. Mengajarkan kita untuk tidak mendiskriminasi sebuah perbedaan berdasarkan warna maupun ras.

Untuk kategori film drama sosial, film ini mendekati sempurna untuk memberi sentuhan hati akan kisah utama yang diangkat, yakni diskriminasi. Film ini pun mampu memberikan gambaran sejarah bagaimana kehidupan rasisme akan hitam dan putih di era 1960-an itu seperti apa. Hampir tidak ada kritik menurut saya di film ini karena saya hanya memberikan sudut pandang dari segi makna dalam isi cerita serta hasil dari apa yang sudah saya saksikan dari kisah film tersebut .

Secara tidak langsung pun film ini benar-benar sangat menginspirasi saya sebagai seseorang yang menyukai menulis. Apalagi tokoh Skeeter yang diperankan oleh si anggun Emma Stone. Menambah kembali cita-cita, mimpi dan harap yang selalu saya idamkan dan ingin segera says realisasikan. Semoga kelak high passion saya dalam menulis segera berwujud menjadi sebuah buku maupun bacaan yang berbuah inspirasi manis bagi para pembaca. Membantu mereka untuk menjadi lebih baik dari tulisan saya beri. Amin :*

VERT

24.9.12

Untuk Nadira

Bandung, 02.47

Nadira, kamu kompleksitas. Bagian hidupmu ialah puzzle. Berbelit, implisit dan menyempit.

Nadira, diammu cerminan keekspresifan diriku saat mencari berani di dalam tumpukan tanda tanya.

Nadira, rumitnya lembaran kisahmu ialah pengisi harianku. Ketika aku lelah diburu waktu, kamu setia beri kesejukan kata.

Nadira, kini kau menutup kisah. Kelak mungkin terbuka kembali lebaran katamu untuk mendorong ingatku  bahwa manusia menjalankan hidup dan kehidupannya dengan rasa, dengan hati.

Mencari Seikat Seruni
"Percayalah, bunga serunimu selalu harum selamanya dalam firdaus sana." - VERT

IALAH TIGA

Tiga,
mungkin adalah Pencipta dengan dua manusia
Tiga,
mungkin adalah satu kata satu angka bercerita

Tiga,
sebenarnya akan berkala,
Tiga,
selanjutnya masih menengahi kita, semoga.

Tiga,
ialah kalkulasi kegiatan yang dia cinta
Tiga,
ialah angka ganjil untuk kesehariannya.


"Kita, kata dan karya?" - VERT

Random Quote

"Karya mampu ditempatkan dimana saja. Dunia itu luas. Mata itu banyak. Begitu pun dengan makhluk hidup yang berpendapat." - Pohon Hijau

"Dunia nyata dan maya itu mempunyai kesamaan: Mereka memiliki tempat untuk menjadi karya atau bahkan menjadi masalah." - Perempuan Bodoh

"Sosial adalah bagian dari hidup. Hidup mengajarkan dan sosial memberi pelajaran." - Panda

"Manusia butuh penilaian. Bahkan dengan cara 'menyindir', 'disindir atau mungkin 'tersindir'." - Pelaku Prosa Beracak

"Pencitraan ada karena kamu punya sesuatu untuk ditunjukan pada orang lain. Bukan untuk menyombongkan." - Badut Menyeramkan



"Saya senang berteman dengan kata, bahagia bersahabat dengan prosa dan selalu ingin menjadi bagian dari sastra." - VERT

13.9.12

Beautiful

00.30 am
Tengah malam itu saya berair. Bertanda lelah. Lelah terlalu lama berlomba dengan waktu. Waktu membuat batin saya berkeringat. Hingga dia keluar dari ujung kelopak.

..... am
Malas berbicara waktu akhirnya terisi titik saja. Benci mengapa waktu harus memburu selalu. Tak kenal ampun. Jarum-jarumnya begitu menyakiti.

Saya dan dia berbicara masalah apa yang sedang terjadi. Ini karena saya terlalu lelah karena banyaknya produksi mengeluh dalam diri. Masalah yang dialami awam banyaknya sebenarnya.

Saya sendiri banyak berkata 'tidak totalitas padaku dan mereka dan lainnya!' Hanya totalitas memuntahkan air yang tak perlu mengairi keburukan rupa ini.

"Apa yang sudah kamu lakukan selama ini?", tanyanya.
"Tidak ada."
"Apa yang kamu inginkan?"
"Menjadi cantik."
"Kau terlalu banyak berteori...", dia berkata.

Berdiri dan berdrama sama sekali kosong dan tak berbunyi. Itu yang selama ini dilakukan. Butanya, saya selama ini tertidur dan hanya bermain dalam galaksi mimpi.

"Kamu percaya di matamu ada masa depan?", bertanya kembali
"Masa depan saya ada dalam masa kini saya."
"Kamu percaya akan berubah?"
"Saya percaya perubahan selalu menemani saya kapan pun,"

Saya ingin lebih terang dan hidup luar maupun dalam. Terang dan sejuk bagi mereka yang melihat. Tidak dibunuh oleh makna pandangan umum. Hanya saja kehidupan dan persepsi sempit terkadang menjadi superior. 

Menjadi cantik? Kali ini, antonim tersebut adalah keharusan. Mengalah untuk membahagiakan kehidupan. Tidak ada yang salah dan benar. Semua berkesinambungan.

"Hidup itu keras. Hidup itu berjuang. Selaku pelaku kehidupan yang hidup, buatlah kehidupan yang selalu dan lebih hidup daripada kehidupan-kehidupan sebelumnya." - V E R T

10.9.12

Remang Jalang

Terlalu jauh untuk berkata cinta, karena setiap harinya kita selalu bercinta dengan atas nama cinta atau dengan cinta itu sendiri. Sebut saja itu kehidupan romansa atau hidup berasaskan romantisme.

Berlalulalalng para pemanah hati dari kanan dan kiri. Seperti biasa si pelaku melihat situasi. Lalu bertanya, "Jika berjodoh, aku akan memanahnya. Jika tidak, aku pergi kembali ke Firdaus."

Stabil tak berstatis, sebut saja dilema murka. Memposisikan di tengahnya. Jalang diberikan gelar baginya dari cipta. Pelaku mengetahui kedatangannya. Pemanah tak berdaya. Secuil atas nama cinta penguat saja. Pemanisnya hanyalah dua di antara.

Diam mereka sebut adalah proses. 
Bukankan berlari ialah sebutan terbaik dari itu?  
Bercumbu sebutnya adalah ekspresi. 
Bukankah menyilang tangan sebutan terhalus dari itu? 

Kami sedang bernyanyi. 
Kita sedang bersenandung. 
Kalian sedang bertarung atas nama cinta dan demi cinta. 
Jahatkah cinta? 

Menunggu tidak perlu. Hanya perlu berjalan hingga bertemu perempatan surgawi, merah hati, kagum dan cinta. | V E R T