31.8.11

S A M P A H

28.8.11

Mati Rasa

Berkata setelah bungkam.
Terlelap setelah menanti.
Berhenti lalu diam.
Tertidur, lalu mati.

Ini rapuh, hey Sang Darma.
Ini lepuh, hey Sang Darma.
Ini layu, hey Sang Darma.
Ini sendu, hey Sang Darma.

Maaf, tidak akan berlanjut wahai Sang Darma.
Maaf, tidak akan melanjutkan wahai Sang Darma.
Maaf, tidak akan dilanjutkan wahai Sang Darma
Maaf, karena ini adalah mati rasa...

27.8.11

3 Masa

Dia sudah mencintai yang berbakat merangkai huruf menjadi karya baca.
Dia sudah mencintai yang hebat memperkosa cat dengan kuas pada nona kanvas.
Dia sudah mencintai yang tangguh mempertahankan rasanya hanya untuk satu hawa.

Dia sedang tersakiti oleh putus asa.
Dia sedang tersakiti oleh menyerah.
Dia sedang tersakiti oleh 'berakhir'.

Dia sekarang berusaha menjadi yang terbaik darinya, untuknya.
Dia sekarang berjalan menjemput impiannya, yang (semoga) ada padanya.
Dia sekarang berikhlas membuka dirinya, bukan hanya untuknya tapi untuk segala yang dia kasihi.

22.8.11

Cerdas & Damailah!

Ini neraka bagi mereka yang berpura-pura. Mengenakan segalanya berupa putih. Tempat penuh abu-abu ini akan mereka rusak bila dibuka pada masa disaat para awam berhenti makan untuk menunggu suara merdu di saat matahari terlelap.

Pencipta mencipta perbedaan agar bisa melihat dua sisi. Dimana perbedaan itu akan menjadi jalan ukur agar makhluk pencipta itu (sebenarnya) menjadi lebih pintar. Sayang, kebodohan sudah menjadi raja dunia. Mereka yang tidak menguntungkan angka dua hanya mengikuti satu jalan. Sangat bodoh!

Menghargai dengan ikhlas tanpa muluk dan busuk. Berat melakukannya.Beberapa yang mengaku dan diakui sudah cerdas pun susah berbuat itu. Mengapa? Aku lebih merasa, perbedaan ikhlas dan menghargai antar sesama itu adalah suatu ilmu hakiki. Mengibaratkannya seperti wahyu. Mungkin hanya beberapa makhluk yang memiliki kemampuan tersebut. Dan, mungkin beberapa lainnya hanya menjadi 'sikap', maka itu berkekuatan sementara.

Terlalu banyak makhluk bodoh yang jauh dari damai, perdamaian, kedamaian dan sulit berdamai. Aku (terkadang) masuk kedalamnya. Bagaimana menciptakan dan memperbaikinya? Bagaimana menimbulkan kicauan bururng putih yang merdu menenangkan antar sesama itu?

Terlalu banyak sesama yang membuang kado termahal yang pencipta beri. Makhluk pendendam inilah masuk seperti mereka yang bodoh. Aku tidak mengagungkan keadaanku, dalam diriku atau apapun aku. Namun, bila pemenuhan kecerdasanku sudah cukup untuk hancurkan raja kebodohan, maka aku (saat ini) ingin merubah dunia.

Mempersuasikan sekitar untuk saling memberitahu, saling menyadarkan, saling mencukupi, saling bertanya jawab, bahwa saling menghargai, saling berdamai, mendamaikan dan memberi damai antar sesama, baik yang mempunyai Pencipta, mempercayainya atau kosong sama sekali itu indah.

Semoga tulisan ini akan sejahtera. Mengajak 'mereka' sedikitnya, merubah logikanya bila berhasil. Dan, semoga kesejahteraan mereka yang (sudah) tahu tentang dua sisi baik & buruk membawanya hingga ke Firdaus sana. Beruntunglah mereka yang cerdas. Ingin menyebarkan kicauan burung emas yang menerangkan dunia dan sesama. Amiin.

Ketika Republik merasa merdeka, namun bodoh akan aturan dogma - Agustus 2011
V E R T

18.8.11

Abu Berbahagia

Hai Abu, aku sudah menyimpan sebenih kasih. Dimana selalu aku tabung, hingga diakhir pemenuhannya nanti aku akan mengutarakannya padamu. Memberi agar kamu bisa bahagia bersamaku.


Hai Tanda Tanya, maaf kamu terlalu bimbang di detik akhir. Kamu penentu payah. Aku hanya membutuhkan 1 kata. Tidak berat, tinggal kamu memilih. YA atau TIDAK. Kamu salah, karena memilih 'diantara' bukan 'antara'.

Hai Abu, maafkan dan aku akan memaafkanmu. Aku terlalu berbesar rasa sepertinya. Aku retak sebenarnya. Aku tidak boleh berair peluh seharusnya. Aku pecah kini masanya. Maka aku akan berlapang...

Hai Tanda Tanya, detik sekarang aku sudah menabung benih kasih pada warna yang lebih membahagiakan. Dulu aku abu menyendu. Kini aku sehat, berwarna pada akhirnya hingga kedepannya.

Hai Abu, ini remuk tapi aku ikut terbang damai dengan kabarmu kini. Sekarang aku akan turun, menunggu dan akan lebih tepat dan cepat untuk menjawab pertanyaan mereka yang ingin berbahagia denganku kelak.

Hai Tanda Tanya, aku sudah menyimpan benih kasih pada satu warna. Iya, warnanya beri keindahan untuk diriku & dunia. Dia warna yang sempurna diantara semua warna yang paling sempurna. Aku bertemu dan mendapatkannya, Pelangi...

Hai Abu, beri aku doa, semoga aku lekas sembuh dari pesakitanmu dan segera memberi benih kasih pada warna maha estetik, kelak. Aku berselamat atasmu dan Pelangi. Semoga terikat selamanya kalian. Amiin.

13.8.11

GELAP

Ada pojokan putih ternoda debu, maka terduduklah melenguh. Tubuh luar mengkerut. Pencipta menatap mengerut. Kapan terakhir mengeluh? Waktu ini akan dilakukan.

Di sini dingin, Sir. Tahu artinya hambar, kosong, abstrak dan tidak ada? Seperti di sini. Terhempas di pojokan lusuh dengan hati lumpuh.

Kapan aku terakhir memuji dirimu, Sir? Aku tidak mau meminta maaf, aku malu, tapi kamu tahu apa yang aku mau dan maksud.Aku tidak ingin berminta. Tapi.. di sini hampa. Hambar tidak ada rasa.

Siapa sahabatku? Rohaniku terlalu berlogika. Aku memuja siapa?Takut. Aku takut. Terlalu takut. Amat sangat takut. Tapi takut bukan sahabatku.

Tidak ada keinginan untuk berdoa, tapi harus berdoa pada siapa. Siapa yang akan mewakili? Di sini terlalu hambar.

Jariku melekat dengan lutut. Aku bertelanjang tubuh dalam pojokan putih dengan jaring kusut. Menutup mata dengan titik 3 hitam dalam kecam.

Tidak ada yang berjanji di sini. Tidak ada yang menjanjikan apa pun. Maka aku akan terus tutup, tertutup & menutup.


Hai, perkenalkan, aku gelap. Bersahabat dengan sepi. Bersejati dengan hampa. Bersetubuh dengan kosong. Inilah aku. Jangan dekati, jangan cumbui. Sesal yang akan menjadi kekasihmu nanti.

Jangan tanya, kapan aku datang. Aku selalu hadir. Jangan harap Pencipta karena aku yang akan mengharap kamu untuk bunuh diri dalam ruang lingkup hitam. Tanpa siapa pun..


Akuilah karena aku GELAP...

2.8.11

Bulan dan Senja

Bulan nampak cantik namun senja amat sangat kharismatik.
Bulan kerap agresif cumbui saya, namun senja tersipu malu bila saya cumbu.
Bulan hanya memunculkan namun senja menenggelamkan.
Bulan menyimpulkan, senja menyempurnakan.
Bulan menemani dengan teh, senja menemani dengan kopi.
Bulan selalu senyum, senja selalu sendu.
Bulan perkosa jiwa, senja perkosa raga.
Bulan terbang di langit, senja jatuh ke langit.
Bulan itu saya, senja itu aku.
Terima kasih Bulan dan Senja. Aku sayang kalian :)