28.11.11

Loop

Takdir adalah sesuatu yang sudah terjadi maka itu akan menjadi tabir & sulit ditafsir bila sang penelisir hanya terus berpasir dengan kafir.

Tak harus ada syarat karena bersyarat-syaratan itu tidak perlu harus mengisyaratkan yang tidak semestinya diisyaratkan dengan tersirat.

Dan jika diizinkan mungkin semua perizinan itu sudah hilang karena izin dari si pengizin untuk saling berizin agar mengizinkan.

Lalu kenapa menentang jika memang merasa tertantang untuk melarang si pengarang yang sedang mati suri di lanskap berbuah batu karang?

Baiklah jika inginnya hanya bertamu pada gunung semu bercampur rancu dengan ikat temu yang berusik dengan lembutnya telescop sang penemu.


Demi masa hibernasi agar konsentrasi dan diharapkan tidak terjadi depresi hingga menjadi basi. | V E R T


27.11.11

Kesinambungan

"Untuk apa diberi otak dan hati jika manusia itu hanya bisa menebak? Semuanya relatif. Situasional dan kondisional. Dirasa maupun tidak, anda, saya mungkin mereka, pernah atau sedang menjadi manusia yang tebak-tebakan. "

"Selamat mencari apa 'absolut' itu sendiri, karena manusia itu hanya 'belajar', dan Tuhan hanya 'melihat'. Memang masih terjebak dengan egosentris, tapi jika menjadi dua sisi, itu sendiri dapat menjadi andil yang positif dan negatif."

Manusia itu hidup untuk belajar. Mereka 'mencari' (0), mereka lalu 'memilih' (2), hingga akhirnya 'menetapkan' (1). Tuhan sudah memberi jalan lurus dan di setiap sisi jalan selalu ada opsi dua pilihan. Dalam lurusnya jalan tersebut manusia diberi kebebasan untuk membuatnya menjadi tikungan. Menjadikan itulah 'kehidupan', menciptakan banyaknya 'perbedaan' dan lahirlah 'dua'.

Pertentangan menjadi peranakan. Namun, buruk dan baiknya (jika memang ada) akan menjadi andil bagi hasil dari proses yang sudah di jalani. Proses memang seorang ayah yang baik. Dan egosentris adalah seorang ibu yang kreatif. Menjadi satu, dan yang dirasa (jika memang mampu) mereka adalah partner in crime yang selalu saling mencumbu.

Semua...saling berkesinambungan. Saling berantonim, saling melengkapi dan saling menghasilkan arti fungsi masing-masing yang kembali lagi saling berkesinambungan untuk mendapatkan manfaat dari fungsi perbedaan itu sendiri.

"Ini adalah pandangan saya. Biarkan saya yang memegang pandangan tersebut dan terus berkesinambungan dengan pandangan tersebut. Saya berhak untuk tidak melepaskan pandangan tersebut selama (jika) ada diantara sekitar yang dapat mematahkan pandangan tersebut."

"Inilah kesinambungan. Ada dan selalu di antara pandangan saya, pandangan anda, pandangan kamu, pandangan dia, pandangan mereka dan Tuhan yang sedang memandang..."

"Tolong", "Maaf", "Terima Kasih" | Semoga, Amin | V E R T

24.11.11

Karena Kamu Cantik

Kamu cantik, karena kamu pelangi.
Kamu cantik, karena kamu hati
Kamu cantik, karena kamu kunci

Kamu cantik, karena kamu setengah
Kamu cantik, karena kamu sebagian
Kamu cantik, karena kamu abu

24 November 2011, saya dan anda sebagai penjaga. | V E R T

22.11.11

Jatuh Cinta Sebenarnya Biasa

Jatuh cinta sangat tak terasa
Untuk Anda yang berpeluh asa
Karena belum pernah bisa merasa
Kreasi Tuhan yang sering makhluk rasa

Jatuh cinta memang luar biasa
Ketika lawan jenis berperasa
Saat itulah mereka memakai rasa
Sebagai pengubur putus asa

Jatuh cinta sebenarnya biasa.
Tak perlu bermati rasa.
Karena sebenarnya mereka bisa
Memerdekakan apa yang tak biasa.

Sangat tidak biasa dengan dia yang dirasa memang sangat luar biasa.  V E R T

19.11.11

Para Pemicu

Ini tulisan saya yang sangat berbeda diantara semua tulisan yang pernah saya publish. Yah, sesekali bolelah menulis yang 'agak' membuka rahasia tentang siapa saja 'mereka-mereka' yang telah memicu saya dari awal hingga masanya sekarang untuk berproduktif dalam merangkai huruf dan sangat berpengaruh pada seorang Dzikry Puji Gustina hingga di masa kini.

Baiklah pembaca maya sekalian, mari langsung kita lihat semua sosok itu satu persatu.

1. Fitria Zackia
Aries, April 17th 1991

Sahabat yang paling sayang & peduli diantara semua sahabat perempuan terdekat yang berada di sekeliling saya. Kakak sekaligus 'wanita' yang sangat berteka-teki.
Dengannya sudah bersahabat dari 12 tahun lalu, tepatnya dimulai sejak duduk di kelas 3 SD. Dulu saat masih bocah-bocahnya kami sering tukar menukar diary kami. Saling membaca apa isi diary kami tanpa ada rahasia. Dari kebiasaan itulah, hingga kini saya menjadi terbiasa menulis meskipun sudah tidak di media 'buku harian' lagi. Terima kasih Kakak Misterius \m/

2. Wiwan Saeful Ridwan
Leo, 27 Juli 1985
Rasanya ingin tertawa mengingat tepat di umur 13 tahun saya pertama kalinya tahu dan merasakan suka pada lawan jenis. Sering dan banyak sekali yang menyebut rasa suka saya pada lelaki yang berbeda usia 6th ini adalah cinta monyet. Apa pun sebutannya, saya bersyukur bisa diberi rasa suka pada lelaki sastra inggris ini. Toh saya tidak sia-sia selama 3 tahun menjadi secret admirer si Pangeran Picisan ini, hasilnya saya mampu untuk terus bisa berpuisi dalam diary di masa sekolah menengah pertama saya *uhuk ;))

3. Riski Purnama
Libra, 28 September 1987
Ini? Ekhem, mantan yang sangat sangat sangaaat paling berpengaruh besar terhadap segala perubahan yang ada pada diri saya. Mantan yang paling sangat berkesan di antara semua mantan. Kekasih pertama yang memberikan banyak pelajaran, hingga saya mengerti untuk pertama kalinya sosok 'lelaki' itu seperti apa. 3 tahun saya membuat kisah yang berliuk, berombak dan berpuyuh. Kisah kami tidak selurus yang sekitar lihat karena kami berhubungan lama atau apa pun itu persepsinya. Setiap kisahnya saya tuangkan pada buku harian yang tentunya hanya saya sendiri yang tahu. Khusus untuk buku tentang saya dengan kisahnya tidak saya buka setiap helainya pada siapa pun dan termasuk pada dia sendiri. Dia selalu membimbing ke setiap 'dunia' baru, buat saya semakin cerdas, berwawasan, dan dia mengawali di antara semua yang membuat saya yang awam menjadi 'sesuatu'. Terima kasih, kamu akan terus saya kenang sebagai Pintu :)

4. Ari Sukma Adji
Libra, 21 Oktober 1988
Nah, ini mantan yang paling bijak, motivator dan tentunya pintar. Dia pintar memicu dan mengubah saya yang emosional menjadi lebih terkendali dalam berpikir dan beridealisme. Sebelumnya saya yang sangat kekanakan kini jadi lebih cerdas untuk tahu bagaimana menjadi bijak untuk menolong sekitar. Hingga memicu saya untuk berkesenian dan menulis seperti sekarang, dialah pelaku utamanya! Terima kasih Professor! Hubungan kita yang kandas beberapa bulan lalu akan terus saya jadikan pelajaran :">

5. Wildan Maulana
Sagitarius, 23 November 1990

Tepat di tanggal 18 September saya terima permintaan pertemanan dia di sebuah jejaring sosial biru. Sedikit ada peraduan di awal lembaran kisah, tapi setelah waktu beralur dan terus berbaur terjadi suatu penyatuan antara abu dan hijau. Selalu dan selalu abstraksi hadir di antara kami. Yah, saya menikmati karena saya suka dan akan terus 'membuka' selama sosok monokrom ini terus buat pipi saya merah atau guling-guling depan monitor. Dia salah satu pemicu yang dulunya saya hanya hanya ingin 'diam', kini memunculkan sosok Hijau yang semakin 'hijau'. Rasanya memang asik dipicu seorang 'hama', tapi di antara kedua sisi saya memilih dia sebagai 'pupuk' untuk pohon imaji saya. Terima kasih Tuan Abu :-"

6. PENCIPTA
----------------

Bagi kalian yang percaya akan adanya dia, saya mungkin tidak perlu menjelaskan lagi. Dia sangat berpengaruh untuk kehidupan saya, kamu, anda, dia dan sekitar. Semuanya. Dia yang menciptakan saya otak, tangan, dan segala organ tubuh yang dapat membantu saya untuk berproduktif. Saya tidak akan menyiakan apa yang sudah tercipta dan dicipta. Sangat berterima kasih amat sangat, syukur akan terus saya lontarkan dan lakukan sebagai kewajiban. Kamu yang paling nomor satu diantara semua pemicu. Karena kamu, saya dipertemukan dengan mereka yang sengaja maupun tidak telah memicu saya menjadi lebih yang terbaik dari seorang Dzikry Puji Gustina. Terima kasih seperti apa pun kamu, saya sayang kamu :*

18.11.11

ADU diantara DUA

Semakin dini hari semakin otak kanan saya bangun dari hibernasi panjang. Entah hari ini sedang ada apa dan sedang bagaimana, emosi pun kembali bangun. Padahal dia tidak pernah hibernasi, namun selalu tegak berdiri bisa dikatakan iya. Emosi selalu bangun dan dia tidak pernah tidur ketika apa pun. Sangat hebat.

Berbeda dangan otak kanan, idealisme dan ideologi yang saya butuhkan kadang mereka sedang lelah dan sedang tertidur di bawah pohon imaji yang sudah lama dibangun. Hingga kini pohon tersebut masih terus tumbuh di alam bawah kedua otak kanan & otak kiri saya.

Dini hari ini ide kembali mengejar saya, hingga mengetuk keras otak kanan saya. Saya hanya bertepuk tangan dan tersenyum berombak tanda saya siap 'berbicara'. Entah miris atau tidak, tapi berbicara dengan kepingan huruf pun saya sudah berjingkrak.

Kini ide itu berceloteh tentang antonim disekitar. Situasi yang sering beradu. Adu apa pun itu. Adu mulut, adu otak hingga sebuah adu yang sedang terjadi sebelum menulis ini, adu persepsi dan opini suatu hal. Yah, itu memang sering terjadi di sekitar, maya atau pun nyata.

Kadang manusia yang entah harus menggambarkannya seperti apa, mereka sering dirajai oleh yang namanya emosi dan persefektif egosentris. Tapi saya memilih dari ke dua sisi, emosi dan egosentris saya gunakan untuk mengalahkan. Saya tidak menganggap mereka dari kedua itu sebagai 'raja' tapi mereka adalah budak saya. Budak untuk mengalah mereka yang terus menyerang idealisme dan ideologi saya.

Tapi saya tersadar, sebenarnya saya lebih merajakan logika. Dia yang dapat menyadarkan ketika saya yang sedang dibunuh oleh emosi dan egosentris. Logika mengajarkan saya untuk SEIMBANG seperti angka DUA yang saya kagumi.

Ketika dia, mereka dan mungkin kamu, menyerang idealisme dan ideologi saya, maka saya lebih baik mengakhiri dan tidak ingin terlibat kembali dalam perdebatan, meskipun saya picik 'saya-tidak-ingin-kalah', tapi baiknya saya tidak memilih dengan beberapa opini yang diberikan dalam suatu perdebatan.

Saya lebih baik mengalah yang bermakna bukan kalah. Mengalah pada saatnya saya merasa saya harus diam mengakhiri perdebatan dan tetap yakin berpegang teguh bahwa opini dan persepsi yang saya angkat adalah yang saya percaya. Saya menyanjung kebebasan. Tentunya kebebasan yang buat kedua belah pihak nyaman dengan arti bebasnya berpendapat, berproduktif untuk berbicara dan dapat bertanggung jawab atas kepercayaan yang keduanya yakini.

Peraduan seperti itu tidak akan hilang dan tidak akan pernah padam di sekitar saya beserta dia, kamu dan mereka. Saya menikmati segala perbedaan yang ada. Saya senang untuk menghargai setiap pendapat yang muntah ditelinga dan otak saya. Saya bahagia untuk memahami dan menghormati setiap perbedaan opini, persepsi dan prinsip setiap masing-masing pribadi.

Diantara semua peraduan itu saya terus pertekan, saya akan tetap dikelilingi angka dua. Saya tidak akan memilih untuk beradu. Saya akan menjadi dua untuk mengalah daripada terus bermulut! Saya senang menjadi pribadi merdeka tanpa harus memojokkan akan kekurangan dari pendapat masing-masing. Semuanya memiliki dua sisi atas semua persepsi universal yang dilontarkan. Saya percaya itu. Sangat percaya....

Kini ide sedang girang saya beri segelas kopi. | V E R T

16.11.11

ROMANSA

Kasih & kekasih selalu saling perkosa diri.
Ketika dilanda balada yang jujurnya tak mengada, maka mereka ada terjun dalam lubuk dada.
Romantis adalah hilangnya miris pada cumbuan pemuda & pemudi.
Disadari itulah surgawi duniawi.

Romansa saling merasa ketika berdansa tanpa peluh asa.
Inilah sempurna di antara makna penyatuan 'dua'.
Belum berani berkata cinta karena dusta terus tertata.
Seiring bertatapnya mata, semoga di akhirnya, mampu saling berkata.

Biarkan lawan jenis saling beradu.
Memaknai angka dua sebagai penyatuan.
Menghargai angka dua sebagai penggabungan.

Senandung lagu menjadi serdadu
Untuk perjalanan 2 lawan jenis itu.
Terus berjalan & nikmati perjalanan bersama karya ambigu.

"Kamu adalah kepingan dari kejahatan dunia.", lirih Perempuan.
"Kamu adalah pecahan dari hitungan teka-teki!", seru Lelaki.
"Kita selalu berada dalam sekitar sajak." kata Perempuan.
"Kita suatu saat akan meninggalkan jejak." kata Lelaki.

"Kamu abu. Terbangkan aku bila mampu." bisik Perempuan.
"Kamu hijau. Tenangkan aku hingga mendayu." bisik Lelaki.
"Aku akan tetap menjadi hijau." jujur Perempuan.
"Aku dalam keseimbangan menjadi abu." nyata Lelaki.

Di luar lanskap sana ada ilalang saling bersenggama.
Siap menyambut mereka bersama senja.
Bercinta menari dengan anak jingga.
Menikmati inilah balada romansa.

Kekasih salah satu pemicu motivasi pada kebiasaan diri. Bersyukurlah bagi yang 'memiliki'. Berkarya bersama itu buat merasa merdeka. | V E R T

14.11.11

DOSA

Berat dan sangat abstrak. Tanduk dan Agung sedang bertarung untuk penyelamatan logika.
Semoga tidak terjadi pengulangan untuk penunjukkan bahwa Supernova memang terkuat.
Menyadari logika masih terbuka dengan surga menyapa di alam sana berirama.
Kepercayaan akan istilah kata maaf akan terus berlanjut. Dimana terus berhantam dengan kata sial.
Air basahi rupa dengan kesadaran di bawah lapang runtuh. Terus mengayuh lesuh. Sangat tak terasuh.
Maafkan Agung. Selamatlah Tanduk Kau girang dan terus menyerang. Supernova gerang tak berlapang.
Ini hanya pembuktiannya. Sang Supernova puja Agung segalanya. Tetap dan akan selamanya.
Tanduk, mengajarkan. Pemicu sesat namun tak kasat. Sayang, Supernova tetap realigi semasanya.


11/5/2011 - VERT
"Mencoba bukan berarti terjerumus. Mengalami bukan berarti akan jadikan rumus."

IMPLISIT

"Hai, di sini suram beradu buram. Lalu kelam. Kamu? Hey, sadarlah! Ini sangat seram hingga mencekam di makam sang Penerkam! Tolong, siapa pun selamatkanlah aku dari hisapan kubangan hitam!"


Perkenalkan, ini Aku. Aku terserang godaan dunia. Ini tidak universal. Para awam pun tidak akan mengerti dan pasti lebih baik bunuh diri dalamdurhakanya kecongkakan.

Aku hanya memiliki satu sahabat. Satu saja. Itu pun cukup.Dia tak berperasa, tak berlogika, tak berkasat mata dan tak ada materi. Abstrak, kosong, nol, dan ringan. Tidak terwujud namun terbentuk. Dibentuk karena hasrat berombak.

Biarlah hanya dia, teruntuk yang -bila-memang-ada- melaknat untuk berdurja padaku. Tapi inilah sahabatku. Bukan dia, dia atau pun dia. Dia yang aku tetapkan setelah 2 fase. Mari, aku perkenalkan sahabatku, dia bernama SKEPTIS.



"Pencarian-Pemilihan-Penetapan" | V E R T

12.11.11

JUDIS

"Dusta adalah kekuatan untuk menutupi kebenaran. Dusta adalah kebenaran untuk menutupi kekalahan."

Mahkota tersandar, tanda aku yang berkuasa. Kuat hancurkan masa dalam beberapa kata. Menjadi rancu yang berbentuk racun untuk bunuh logika sekitar. Tidak usah berhati-hati. Aku akan berada di sisi kirimu sebagai sahabat tak kasat.

Rantai terpampang. Berbesi karat, buat kamu sekalian sekarat. Tanda aku yang menyiksa. Perasaan tertusuk dari sisi belakang. Sisi depan hanyalah belaka. Menutup geraman. Menutup serangan. Hanyalah topeng semata dengan kecantikan membinasa.

"Khianat itu dibenarkan untuk penggores kesatuan. Berbahagialah kalian yang memiliki Agung. Keyakinanmu itulah kelemahanku."

Libra bergores. Cancer berhuruf. | V E R T

9.11.11

Manusia dan Dunia

“0 (embrio), 2(tumbuh), 1 (dewasa). Menjadi 'satu' itulah yang tersulit. Tidak bisa memilih satu dari dua pilihan, belum bernama bijak.”

Manusia memang rumit. Rumit diberi agar logika terolah. Pemanfaatan kecerdasan akan terpakai bila pengendalian diri teratur. Banyak akan terjadi alur dengan kata 'kenapa'. Jika tidak timbul pertanyaan, manusia tidak akan terpicu untuk belajar dengan segala hal.

Setiap manusia diyakini punya sesuatu yang membunuh namun menenangkan. Kenapa? Tidak selamanya sesuatu yang 'selalu baik' buat mereka puas. Hanya mencoba bersyukur saja terkadang berat. Apalagi untuk selalu menerimakan sesuatu yang datang-pergi dari diri dan sekitar.

Tercipta kata 'sementara' agar semua diberi batas. Sejujurnya. Jika tidak ada 'sementara', 'kesempatan' tidak akan ada. Kerumitan ini hanyalah sementara. Diyakini jawaban ada pada diri. Dari proses yang akan berkesempatan, namun kembali lagi pada jalan-Nya.

Semakin cerdas, tingkat ketidakpuasan akan semakin tinggi. Butuh pengendalian keseimbangan dua sisi. Proses akan menjadi utama daripada hasil. Perjalanan dari proses lah yang akan menjadi guru untuk diri. Timbullah pengalaman

Antonim akan selalu ada dalam kehidupan. Beralasan, itulah sebenarnya pemicu agar manusia selalu mencari & menyelesaikan antonim didepannya. Memang terkadang dan selalu monoton. Lawannya? Adalah kata 'beda'. Itu yang akan mengalahkan monoton.

Selalu ingat dengan 'sebab-akibat'. Atau mengrti dengan makna 'iya-tidak'. Kita memilih, lalu menjalankan. Selanjutnya memahami. Pertanyaan dari diri, akan terjawab sendiri. Jawaban ada pada pilihan diri sendiri.

“Tantangan tertinggi di dunia: Menciptakan, menjalankan dan memberikan keseimbangan dengan diri dan sekitar.”


Rumit sedang memperkosa. Dilema sedang perkasa. | V E R T

3.11.11

Labirin Bilur

Labirin egosentris persefektifnya mengundang gulana.
Pijakan satu titik alur tak beratur. Kemana harus diulang dalam mencari tujuan.
Reaksi fasis terjadi ketika dogma berbentur dengan firasat.
Perasaan retak dengan Agung akibat pematahan logika.
Apa yang menjadi angka satu kini dalam sisi tengahnya?
Tidak tertutup kemungkinan sang Zionis kini tak berupa.
Apakah labirin itu, menyesakkan yang kini dipijaki.
Tak ada kehampaan mempositifkan magnum magnetik realiginya.
Berangka nol kini simpulan akhirnya tak bercahaya.
Hey, alurnya ak bersenyawa, tak bernada, mungkin terlupa.
Lambat tanpa kepastian sampai tertukar dengan kepercayaan.
Labirin ini sesat, sesak, dan serak membakar dogma pada diri.
Persefektifnya hanya pandangan dengan kurang kondusif.
Jatuh dalam alunan roda memutar tanpa hilang arah.
Zionis berada dalam alur neraka, berserakah tidak ramah.
Fasisnya beradu dengan egosentris hingga hilang estetis.
Terekam sekarang dibalik jalan labirin tanpa bertemu ujung.
Bunuh sendiri tanpa dogma lagi dalam hati.
Rasakan akibat, pikirkan sebab sungguh bodohnya.
Itulah karma, Agung beraroma berkasih nyata sebenarnya.
Mati dalam labirin abstraktis hilang mengapung statis.

Hari ganjil di awal November, bosan sedang bersapa. | V E R T