6.4.13

Selamat Tinggal, vertdummpiada

Selamat Tinggal, vertdummpiada...
Kembalilah pada bapakmu. Dia menagih rindu. Aku tidak sama sekali karena tidak pernah merasa berhutang apa pun dan tidak mau apalagi ingin dan berambisi. Tidak sama sekali. Biarkan saja dia terus memancing di kolam. Menyakiti karena tersakiti. Aku percaya waktu adlaah teman kita, semua dan kami. Maka, biarkan saja waktu memberi jawab tanpa pamrih. Entah memberi di kolam itu atau di udara yang dia agungkan. 

Kalian tidak perlu menghibur. Dirinya masih menggambarkanku dari A - Z. Aku lelah dengan gambar lusuhnya. Itu bukan cerminan dariku. Sebaiknya bakar, tapi apa daya, kini aku kosong. Tetap saja kalian tersenyum pada bapakmu. Dia yang melahirkan kalian, bukan aku. Aku hanya seekor jahat yang memakai kalian. Entah, tidak bermaksud membuang, tapi aku adalah jahat, dan sebaiknya kalian berpulang pada yang-katanya-baik-pada-jalan benar.

Baik-baik ya, vertdummpiada...
Aku telah menginstal semua. Yang tersimpan sampai berdebu hanya ingatan masa kecil saja. Maaf akan melupa, karena kalian sungguhnya sebagian bapakmu. Lekas terbanglah. Bapakmu masih menunggu untuk kembali, tapi jendela ini sudah tertutup sangat rapat dan kuat. Maafkan sekali lagi atas apa pun yang perlu diucap dan dirasa. Kalian menggambarkanku lebih baik daripada bapakmu. Terima kasih, Saya (pernah) sayang Kalian...

"Jangan biarkan dia  mengejarku lagi. Aku sudah pergi melihat Bumi, bersenggama di Hutan dan berpegangan dengan Laut. Aku adalah baru. Bapakmu adalah usang. Kalian? Hanya seberkas simbolik."



05 April 2013 Jumat 10 malam menuju 06 April 2013 Sabtu dini hari, Astronousa lahir.

2.4.13

Indi-Satu-Vidu

Jangan sebut haram, Mama, 
Televisi sahabatku. Monokromatiknya membiaskan pelangi dari luar yang hanya didapat darinya. Pelangi monitorik dia sungguh lebih mejikuhibiniu daripada jeritan kalangan pemain tanah dan bulu-bulu boneka. Kamu tidak suka? Aku suka. Biar.

Keras, Sepatu dan Ember terlempar,
Disentakmu binatang-binatang riang sembari berlalu lalang dari nada-nada tak bertulang. Sebab-akibat, aku bahagia yang kekinianlah membentuk seorang prajurit. Bukan memperjuangkan negara namun keluarga. Ayah tak perlu tahu, Ibu tak harus sering mengadu, singkatnya ortu bandingkan saja tiga di antara satu jadikan saja utuh.

Anjing-Goblog itu bertangis di kamar gelap, Ma.
Berada di angka 28 itu membuat perang terasa renyah. Basah dan lemah dimana-mana. Cacian yang-katanya-aku-non-cerdik mengiyakan untuk berkata iya selama 2 jam. Lamanya itu lama sekali. Itu terjadi saat angka 14 menjadi-jadi. Setelahnya? Kamu menawarkan nasi dan aku menawarkan basi.

Perawan bangkai
Mama tidak tahu. Bahkan lawan jenisnya pun tidak tahu. Mungkin ingin tahu. Tapi tidak ada pengetahuan yang membuat kalian tahu bahwa sebenarnya mungkin Mama dan isi selangkangan lain sudah tahu. Maafkan, karena itu sudah 16.

Sekarang, Kurus.
"Hey, tolol! Kau baru sadar keriput dan tulang belulang itu telah menjamah seekor nenek yang selalu memanjatkan tangga-tangga nada harap? Kemana saja kau? Tidak lelahnya kau berjelajah dan berselancar. Cukupkan saja. Hutan pun sudah layu karena kau hanya berlari bukan memberi."

Ah! dan titik-titik pembangunan.
Masih sendirian saja. Bermain beruang. Berceloteh panda. Liciknya, hanya sendiri. Sendirian itu ketika di saat seekor Gadis bernama tengah Tolol menangisi nenek-nenek yang terlalu manis. Manisnya sangat menyakitkan. Khawatir saja yang disuguhi. Masih selalu berpikir sendiri. 

Tidak, ini bukan kasihan. 
Karena menjadi sendiri itu hebat. Ada sendiri lain yang menemani. Siapa? Kamu yang pertama tahu, saat Gadis menjadi dulu dan hinggap pada Gadis saat kini.