Alam: "Ayo bertutur kata dalam bait."
Awan: "Aku ingin berbicara hujan. Ialah perantara seseorang untuk mengungkapkan sebuah emosi. Hujan dapat mengekspresikan semua kata-kata yang tidak dapat diucapkan oleh sebait kalimat."
Alam: "Hujan berupa emosi dan sebuah jalan dimatamu? Lalu,
bagaimana dengan makna hujan hanyalan sebuah pena untuk menggambarkan
bahwa semesta sedang meracik embun berbuah jarum?"
Awan: "Meskipun bagiku hujan hanyalah sebuah pena untuk gambarkan
semesta yang selalu terbayang di benaku, tetapi hujan adalah sebuah
jembatan penghubung dari siklus yang terjadi di bumi ini. Dia adalah kehidupan, kematian, pengharapan, kekekecewaan,
kebahagiaan dan sebuah kesedihan yang dapat menghubungkan semua emosi
yang saling keterkaitan di setiap tetesnya."
Alam: "Apa benang merah yang menjadi sebuah celah untuk menjadi arti hujan itu? Harus berairkah kita sebagai penikmatnya?"
Awan: "Penghunbung dari semua emosi ialah di setiap rintik tetes
air hujannya memendarkan kesejukan pada tanah yang menangis meratapi
musim kemarau. Lihatlah pada awan mendung, disana ada danau tempat bias
cahaya terpantul yang merenungi matahari yang membiaskan panas pada
laut."
Alam: "Kamu tahu hujan dalam maknaku? Hujan itu aku."
Awan: "Apa alasanmu?"
Alam: "Aku adalah musibah bagi mereka yang menyiakan. Aku adalah
kesejukan bagi mereka yang haus. Aku adalah sebuah ekspresi saat
menyambut beban dalam perbedaan musim untuk penikmat semesta. Aku adalah
siklus dimana jarum roda kehidupan untuk menjalankan hidup ketika
bermasa dalam makna saling menghidupi. Aku adalah evolusi labil yang
terkadang membiaskan, menguapkan, bahkan meratapi dunia dan mereka yang
diselingi nyawa untuk menatap langit."
Awan: "Maka benarlah definisi dari hujan itu ialah aku?,Hujan
yang menggambarkan seseorang yang terkadang dapat menjadi sebuah
musibah ataupun sebuah anugrah.Selalu turun secara bersamaan
serentak dngan setiap perasaan yang membaur dalam suara gemuruh hujan."
Alam: "Tidak. Hujan adalah aku. Dan hujan dalam maknamu adalah apa
yang sudah kamu baitkan tadi. Sebelum aku berbait kini, kamu hanya
menggambarkan arti dari 'hujan adalah aku'."
Awan: "Inti dari semua kalimat-kaliat yang terlontar ini adalah yang menjadi sahabat atau teman akrab. Hujan sebagai laki-laki yang
dapat memanggil-manggil. Hujan yang mampu mendendangkan sastra, musik,
nyanyi, atau tari. Hujan yang menyibak-nyibakkan tarian dan melentun
anggun pada dahan dan batang. Hal ini jelas merupakan bagian dari
mahluk hidup khususnya manusia. Sudah dapat di mengerti dari semua bait yang ada, tapi apakah kamu setuju jika hujan dapat di katakan sebuah kerinduan?"
Alam: "Aku tidak sependapat, karena
hujan adalah aku. Aku yang selalu dan terkadang merindu. Aku yang
terkadang dan selalu dirindu. Bahkan aku adalah sebuah kerinduan
berabstraksi serpihan debu bersegitiga semu. Sebagai prosa terakhir, apa perbedaan Hujan adalah aku dan Hujan adalah Kamu?"
Awan: "Dan apakah perbedaan hujan sebagai aku dan sebagai kamu
hanya dilihat dari sudut pandang saja, yaitu sebuah penjelasan yang
berbeda tetapi mempunyai inti pengertian yang sama aku atau kamu sama dengan
manusia...?"
Alam: "Sadarkah kamu? Kamu adalah awan bersistematis awam. Mari jangan hanya gunakan dua pandang."
Awan: "Benarkah aku hanya seorang awan yang hanya memandang dari sudut pandang orang biasa?"
Alam: "Aku
ingin mengajak bercermin bersama. Aku tidak ingin menunjukan karena aku
hanyalah redup. Bukan seberkas silau mau pun kejelasan petunjuk
benderang. Sadarkah
kamu, hujan pun berbulir lebih dari puluhan bahkan ratusan ribu juta
ketika memuntahkan bsahannya? Ibaratkanlah sudut pandang itu seperti
dia. Semoga kamu mengerti
"
Awan: "Setiap tetes mempuanyai setiap peranan? Apakah benar pendapatku? Dapat di ambil dari berbagai sudut pandang yang ada bukan hanya
satu ataupun dua."
Alam: "Semua berperan untuk memunculkan peranannya."
Dengan Awan Galaksi dalam rasi bintang Cancer |
VERT