23.8.12

Matryoshka

Temu berasumsi lucu
Kau tahu suka? Itu awalan dan mengawali
Sebuah rahasia, cari, ambil dan kejutkan
Tiba, 2 merah muda tarik-menarik

Menggebu senandung merdu
Lirikan lingkar indera 2 menutup lembut
Merasa denyutan sayu-sayup abu
Datangnya romansa dari pelupuk timur

Bermain labirin mencari cincin
Ada rahasia di setiap awaknya
Nyaris berkapur namun tak kabur
Bersama, berjalan, bersama, bersaling

Membesar, awal mula rupa
Membuka, rupa setelahnya
Lagi membuka, raut hingganya
Mengecil, akhirnya

Berlama-lama setia itulah wujudnya
Kecil seterusnya, maka memfosil adanya
Sejatinya, itulah awalan dan akhirnya
Tak berubah rasa hanya rupa


Jika bertemu akhir akan menutup dan menyimpannya. 
Sudah cukup saling berteka-teki hati. | V E R T

11.8.12

Prosa Satu Judul

Sebuah Esa optik dimana pun selalu sedang terbuka. Gelap membuat embun bersiap membening. Abu-abu mencumbu malu mendungu seribu bisu.  Hitam putih mengadu. Hijau termangu masih menutup dagu. Oranye menyimak drama di sekitar sajak semesta.

Kini membalik. Gelap memucat. Kanvas langit kian terlukis indahkan pupil semesta. Biru carrebian  tersipu melantunkan awan. Dua ideologi sudi mengetuk dua diri untuk terus meningkat beranjak sastra.

Mereka berkata ‘nila setitik rusak susu sebelanga’. Beda berkata ‘titik menutup kata, rusak bait matinya'. Kata  mencari titik yang tak kunjung menitikan dalam jalannya. Pena membantu berlari. Otak membantu mencari. Dan hati membentuk mimpi.

Waktu tak kian mengarat. Selalu menanti kita 'tuk reda bersama. Silih menyulam ritme bait perbait. Menguras keringat untuk temukan dia yang-ialah-akhir dalam lorong prosa tak tentu. 

Semua berirama. Semua mengawan menyulam menjadi kata indah. Titik tersenyum menengok tarian syair hasil ideologi kita.

Otak, konsepsi kata. Pena eksekusi bait. Hati, indera prosa. Aku, pendukung. Kamu, pelengkap. | V E R T

7.8.12

SELASA

Saya­­­­ dingin, membutuhkan, namun sepertinya Tiga besar lupa karena Senin. Senin hanya mempertemukan Saya dengan The Simpsons.Tiga tidak hadir berharmoni. Sendu.

Masa melangkah, 22 beraroma gelap membawa Tiga dengan tanda tanya pada Saya. Saya diam. Sebenarnya tidak sedang membara (dan sebenarnya lupa), hanya sedikit meronta meminta badut drama.

Lalu, Tiga bersenandung prosa. Terlalu banyak terlihat prosa, tetapi nampaknya inilah prosa terhangat di antara lainnya, 

“Ini adalah Selasa. Aku hanya mengingatkanmu, jikalau Selasa masih memberi, mungkin kamu akan pergi dengan tujuan atau akan bermain dengan Selasa atau mungkin hal lainnya.”

Saya berucap 11 huruf. Tiga adalah lorong berlingkar cahaya agar Saya berlari mengitari rumput-rumput semesta dengan Selasa.Tiga menghibur sebagai pujangga bernada. 

Tiga, terima kasih, lagi. | VERT

4.8.12

Bait Bercakap Hujan

Alam: "Ayo bertutur kata dalam bait."

Awan: "Aku ingin berbicara hujan. Ialah perantara seseorang untuk mengungkapkan sebuah emosi. Hujan dapat mengekspresikan semua kata-kata yang tidak dapat diucapkan oleh sebait kalimat."

Alam: "Hujan berupa emosi dan sebuah jalan dimatamu? Lalu, bagaimana dengan makna hujan hanyalan sebuah pena untuk menggambarkan bahwa semesta sedang meracik embun berbuah jarum?"

Awan: "Meskipun bagiku hujan hanyalah sebuah pena untuk gambarkan semesta yang selalu terbayang di benaku, tetapi hujan adalah sebuah jembatan penghubung dari siklus yang terjadi di bumi ini. Dia adalah kehidupan, kematian, pengharapan, kekekecewaan, kebahagiaan dan sebuah kesedihan yang dapat menghubungkan semua emosi yang saling keterkaitan di setiap tetesnya."

Alam: "Apa benang merah yang menjadi sebuah celah untuk menjadi arti hujan itu? Harus berairkah kita sebagai penikmatnya?"

Awan: "Penghunbung dari semua emosi ialah di setiap rintik tetes air hujannya memendarkan kesejukan pada tanah yang menangis meratapi musim kemarau. Lihatlah pada awan mendung, disana ada danau tempat bias cahaya terpantul yang merenungi matahari yang membiaskan panas pada laut."

Alam: "Kamu tahu hujan dalam maknaku? Hujan itu aku."

Awan: "Apa alasanmu?"

Alam: "Aku adalah musibah bagi mereka yang menyiakan. Aku adalah kesejukan bagi mereka yang haus. Aku adalah sebuah ekspresi saat menyambut beban dalam perbedaan musim untuk penikmat semesta. Aku adalah siklus dimana jarum roda kehidupan untuk menjalankan hidup ketika bermasa dalam makna saling menghidupi. Aku adalah evolusi labil yang terkadang membiaskan, menguapkan, bahkan meratapi dunia dan mereka yang diselingi nyawa untuk menatap langit."

Awan: "Maka benarlah definisi dari hujan itu ialah aku?,Hujan yang menggambarkan seseorang yang terkadang dapat menjadi sebuah musibah ataupun sebuah anugrah.Selalu turun secara bersamaan serentak dngan setiap perasaan yang membaur dalam suara gemuruh hujan."

Alam: "Tidak. Hujan adalah aku. Dan hujan dalam maknamu adalah apa yang sudah kamu baitkan tadi. Sebelum aku berbait kini, kamu hanya menggambarkan arti dari 'hujan adalah aku'."

Awan: "Inti dari semua kalimat-kaliat yang terlontar ini adalah yang menjadi sahabat atau teman akrab. Hujan sebagai laki-laki yang dapat memanggil-manggil. Hujan yang mampu mendendangkan sastra, musik, nyanyi, atau tari. Hujan yang menyibak-nyibakkan tarian dan melentun anggun pada dahan dan batang. Hal ini jelas merupakan bagian dari mahluk hidup khususnya manusia. Sudah dapat di mengerti dari semua bait yang ada, tapi apakah kamu setuju jika hujan dapat di katakan sebuah kerinduan?"

Alam: "Aku tidak sependapat, karena hujan adalah aku. Aku yang selalu dan terkadang merindu. Aku yang terkadang dan selalu dirindu. Bahkan aku adalah sebuah kerinduan berabstraksi serpihan debu bersegitiga semu. Sebagai prosa terakhir, apa perbedaan Hujan adalah aku dan Hujan adalah Kamu?"

Awan: "Dan apakah perbedaan hujan sebagai aku dan sebagai kamu hanya dilihat dari sudut pandang saja, yaitu sebuah penjelasan yang berbeda tetapi mempunyai inti pengertian yang sama aku atau kamu sama dengan manusia...?"

Alam: "Sadarkah kamu? Kamu adalah awan bersistematis awam. Mari jangan hanya gunakan dua pandang."

Awan: "Benarkah aku hanya seorang awan yang hanya memandang dari sudut pandang orang biasa?"

Alam: "Aku ingin mengajak bercermin bersama. Aku tidak ingin menunjukan karena aku hanyalah redup. Bukan seberkas silau mau pun kejelasan petunjuk benderang. Sadarkah kamu, hujan pun berbulir lebih dari puluhan bahkan ratusan ribu juta ketika memuntahkan bsahannya? Ibaratkanlah sudut pandang itu seperti dia. Semoga kamu mengerti "

Awan: "Setiap tetes mempuanyai setiap peranan? Apakah benar pendapatku? Dapat di ambil dari berbagai sudut pandang yang ada bukan hanya satu ataupun dua."

Alam: "Semua berperan untuk memunculkan peranannya."

Dengan Awan Galaksi dalam rasi bintang Cancer | VERT