11.8.12

Prosa Satu Judul

Sebuah Esa optik dimana pun selalu sedang terbuka. Gelap membuat embun bersiap membening. Abu-abu mencumbu malu mendungu seribu bisu.  Hitam putih mengadu. Hijau termangu masih menutup dagu. Oranye menyimak drama di sekitar sajak semesta.

Kini membalik. Gelap memucat. Kanvas langit kian terlukis indahkan pupil semesta. Biru carrebian  tersipu melantunkan awan. Dua ideologi sudi mengetuk dua diri untuk terus meningkat beranjak sastra.

Mereka berkata ‘nila setitik rusak susu sebelanga’. Beda berkata ‘titik menutup kata, rusak bait matinya'. Kata  mencari titik yang tak kunjung menitikan dalam jalannya. Pena membantu berlari. Otak membantu mencari. Dan hati membentuk mimpi.

Waktu tak kian mengarat. Selalu menanti kita 'tuk reda bersama. Silih menyulam ritme bait perbait. Menguras keringat untuk temukan dia yang-ialah-akhir dalam lorong prosa tak tentu. 

Semua berirama. Semua mengawan menyulam menjadi kata indah. Titik tersenyum menengok tarian syair hasil ideologi kita.

Otak, konsepsi kata. Pena eksekusi bait. Hati, indera prosa. Aku, pendukung. Kamu, pelengkap. | V E R T

No comments:

Post a Comment