31.12.12

Mereka Menghabisi Waktu

Amin.
Gaun kaki baik benci makhluk tidak berkemanusiaan.
Kapan mati?
Isi berupa popok tinta dan arang. 
Sejoli.
Hijau suka Harrods.
Panda dimana?
 4th.
Sudah, jangan marah, nanti lelah.
Kamu Pintar dan Aku Kaya.
 Lebih tersenyum seperti ini. Mereka yang menghabisi, bukan si Burung Biru.

Hai Dessy

Hai Dessy,
Lemparkan 5 belulang kecilmu.
 Ini aku, teman alienmu.

Hai Dessy,
Lebarkan garis-garis halus rupamu. 
Jangan ragu, itu cantikmu.

Hai Dessy,
Lukiskan terus lanskap imajimu. 
Semesta nyata selalu menunggu semiotikamu.

Introducing, Dessy Rachma, a cheerful fellas.
PS: I can't draw like you and really sorry for make your photo looks like so awful :*

Big thanks!
You have described me with your awesome illustration. 
So feminism!

Hai Dessy.
Jujurnya yang kamu lihat terkadang jingga. 
Harapnya semoga lekas selalu menghijau, segera. 
(AMIN)

28.12.12

Hijau?

Aku belum dihijaukan.
Realitanya diteduhkan saja (dulu) belum mau. Masih berpanas ria dengan cuaca sepia. Beremosionalitas selalu dengan pidato sampah beribu sastra. Berlukis seperti dosa-dosa yang bertingkah selayaknya tinja.

Aku belum menjadi hijau.
Inginnya meneduhkan seluruh keluh masih dengan ketusan peluh. Pohon saja belum aku temui dalam selipan indahnya antariksa dunia.

Aku belum menghijau.
Nyatanya berteduh saja belum mampu. Terus aura kemarau selalu meracau yang membuat rusuk terlihat seperti pasir busuk.


Aku bukan pesimis termanis yang bergerimis magis. Aku hanya masih bertanda tanya pada diri, kapan akan menjadi penyembuh untuk personalita yang bertumbuh merah hati.

Ini masih opera buta.
Siklus dari 'Semoga'.

27.12.12

Titik-titik Tanda Tanya

"Kenapa mempertanyakan tanda tanya?"

Aku sedang mempertanyakan pertanyaan yang tak harus ditanyakan. Katanya pertanyaan sewajibnya dijawab oleh pernyataan. Aku menjawab segala tanya dengan pertanyaan. Tanda tanya dalam diri ini hanyalah semerbak ambigu saja. 

Bertanya pada tanda tanya yang sedang mencari seru atas titik agar menjadi akhir. Dan hanya saja ternyata dalam segala hitungan pertanyaan seisi semesta ini hanya akan terjawab oleh titik-titik. Selamanya tidak akan terjawab oleh jawab. Jawaban atas segala yang ditanyakan tanda tanya adalah meyakini diri pada isian dalam titik-titik (itu). 

Aku mulai mengisi titik-titik setelah tanda tanya bertanya untuk mempertanyakan dirinya yang ditanyakan. Ternyata penaku sudah meyakini dan raga dalam belulang jemari sudah mempercayai untuk menari. Semoga isian tanda tanya ini adalah selamanya.

Isianku adalah...
A K U   P E R C A Y A   I TU   U N I V E R S A L


23.12.12

'is'

Aku individualis
Terus dikikis
Intelektualitas kaum sosialis

Aku rupa egosentris
Antonim manis
Dalam semesta nihilis

Aku gumpalan emosionalis
Berselimut miris
di ruang ironis

Aku menipis
Secangkang tak berlapis
Berproduksi tangis

V E R T

16.12.12

Secangkir Hujan

Hawa melanskapkanku garis-garis air
Mendung, berkabung tanpa layung
Merugi gambarnya, layaknya diri dan hati terbanjiri
Tenggelam raga, tenggelamkan asa

Bagai beribu rintik-rintik berbisik 
Sungguhnya aku bersungguh ingin meneduh
Menjadi teduh untukmu yang melenguh
Agar Hawa merah muda selembut madu

Hawa, aku berjuang mencairkan lukismu
Kiranya bukan hujan, namun aku secangkir hujan 
Harapnya hangatkan gambaran warna mendungmu
Sebenarnya semoga akan selalu mejikuhibiniu

Teruntuk Rizqy Kawarizmi
Semoga dan amin untuk Folk-nya.
Sincerely,

15.12.12

Tiada Nona

Hey, Nona menggumul saja asap
Tak kunjung jumpa menikmat senja
Lalu, pandang tanah liat satu tatap
Kelak berwacana denganya, sungguh manja

Hujan membisikan tangisan
Bimbang, wahai biduan aduhai
Rupawan penuh kedermawanan, sebutnya Tuhan
Tanyakan sang imaji yang hanya berandai-andai

Oh, ternyata lama berpikir
Menutup tujuan utama
Berevolusi seorang kikir
Berwujud kias nisan tanpa nama

Ah, diam beratus-ratus kalimat
Padahal maunya melumat
Tiap-tiap tanda tanya berantonim nikmat
Sialnya Nona sudah tamat

Terlalu jahanam untukmu,
bila dibuat terus berdiri 
memaknai inilah pesakitan siklus 
V E R T

8.12.12

5 Pertemuan

Pertama, belajar tentang sosok lawan.

Kedua, belajar tentang dunia nada lebih luas.

Ketiga, belajar tentang seni dan berpena.

Keempat, belajar tentang kehidupan dan hidup.

Kelima, belajar tentang konsistensi dan pantang menyerah.

V E R T

1.12.12

R E B M E S E D

Memiliki organ-organ sempurna namun tak berhasrat berambisiusme cita yang padat. Kini bertemu akhir rotasi dari semua bulan yang sebutlah namanya yang tak perlu disebut. Sebenarnya tak ingin menyapa. Rupa ini sungguh ragu penuh malu mengingat selama putaran rotasi di tahun ini sama sekali belum ada perubahan yang berubah dalam pengubahan dengan seharusnya ubahan tentangnegative habit diri itu terlaksana. Sayangnya laksamana diri belum melaksanakan yang harus dilaksanakan agar terlaksana. 
 
Akhir dengan rotasi ke sebelas merasa ingin menjadi sesuatu namun tak berperasa sesuatu. Sesuatu yang terus menyatu dalam kesatuan satu-satunya terus beradu dengan bahasa pola pemikir kaku. Menghela nafas saja pun tak cukup untuk terus menjeda segala cita-cita yang telah terucap saat akhir angka 10 rotasi terdahulu. Entah apa sebab-akibat yang menyebabkan diri menjadi kembali selayaknya bangkai yang berbingkai tangkai-tangkai usai badai. Namun yang dirasa hanya sebuah keakibatan yang menjadi sejadi-jadinyai yang sebutnya 'inilah bangkai jadi-jadian yang menjadi-jadi'.
 
Mencoba ingin memutarkan, lalu mengingat sebelumnya ada sebuah mimpi yang terucap daging lembut. Sebuah mimpi (yang seharusnya) tercapai saat ini. Seharusnya saat ini menjadi sesuatu yang sangat menjadi-jadi. Seharusnya saat ini menjadi seekor yang tidak jadi-jadian. Seandainya dahulu belajar bagaimana caranya tidak terjerumus dalam kubangan tanah liat. Seandainya  dahulu menabung tabungan kata yang setidaknya saat ini mampu menjadi sebuah hasilan ratusan lembar. Ah, seandainya, setidaknya, seharusnya hanyalah sesalan implisit yang semestinya tak harus dirasa pahit.
 
Berloncat pada saat ini. Kini, rotasi ke 12. Rotasi akhir yang mengingatkan ucapan-ucapan berupa umpatan halus untuk ingin membahagiakan dunia dan ingin melengkapi warna semesta. Ya, kini bersapa kembali dan tetap menyapa, hingga berlontar pertanyaan yang berselimut pernyataan, "Menjadi manusia mati atau mayat hidup? Jika tidak mampu memilih maka pilihan yang akan memilihmu." 
Dan, setelahnya mencoba berlama untuk menutup dan menghela hingga terucap kalimat menantang seperti ini, 
"Menggunakan idealisme untuk mengubah pilihan tolol menjadi pilihan perkasa yang pantas dipilih dengan cara sendiri dan oleh sendiri!"


Dan mencoba untuk bersapa kembali . Ya, inilah saatnya.
"Hai, perkenalkan namaku Vert. Cita-citaku adalah memberi untuk sekitar, membahagiakan dunia, dan mewarnai semesta (serta memperkosa antariksa). Oh iya ini permintaanku, bisakah kamu dengan jumlah 31 masa untuk terus tersenyum dan menjadi baik? Hanya sekedar tersenyum adalah penyemangat untuku hidup. Hidup penuh dalam hasrat dan ambisi tanpa terus membual mual dan berbasa-basi. Dibalik pintaku, aku pun akan berusaha tanpa harus banyak berkata-kata yang terlalu apa adanya. Terima kasih ya jika kamu mengerti bahasa alienku ini."  (senyum)


Kini membuka kembali kedua kelopak. Kelopak yang sangat sebenarnya. Menyadarkan dan menyadari akan segala kemungkinan nanti. Nanti, di saat mungkin terjadi 'kematian dini', namun semoga tidak, tidak, tidak! 
Siapa pun yang membaca curahan sampah ini segeralah aminkan. (amin) 

30.11.12

BARA DURMA

Semua terasa berdahaga, nikmatnya bergemercik telaga
Terus mencandu bermanis madu
Hingga sisi kiri meraja hingga berjaya
Merangkul bergemuruh bertamak rusuh

Sudut-sudut debu berlirih sendu
Menggelap menyulut kalap
Menyulam hitam beribu benang suram
Hanya, satu sudut kalut bermunafik lembut

Saat tengah berjalan, sisi kanan berpolos ria
Bertanya menanyakan pada tanda tanya
Sosok diri ialah siapa adanya
Hingga dirinya dan diri silih membara

Takdir mengutuk agar menunduk
Inginnya nikmat namun sakit pada keagungan
Takdir perkasa buatnya tak kuasa
Inginnya melawan namun meninggalkan simpulan

Tamak yang tak menjinak, ialah dirinya
Baik yang sempat mengabaikan, ialah diri
Kasta yang untuk nama kuasa, adalah dirinya
Penolong yang akhirnya tak tertolong, adalah diri

Membangkai dini yang bukan sebuah akhir
Dengan sebelumnya memilih pilihan yang terpilih
Dan inilah pilihan geram bercuram lebam
Membangkai menjadi sebuah kesimpulan kecam

Berima Durma,
inginnya menjadi Derma,
dan inilah yang diberi dari Darma...
V E R T

29.11.12

Dua Astronousa Bercinta di Antariksa

Kamu bernada
Aku bertinta
Kamu berirama
Aku berima

Pohon galaksi meneduh
Dua rupa melenguh
Galaktika berperasa
Sebuah satu merasa

Lilin-lilin bintang dan bulan berjaya
Supernova tak'kan kembali berlaga
Selama bercinta untuk berjaga
Biarkan orgasme ini berlama












Karena  pelaku Prosa dan pelaku Nada. 

23.11.12

I (We) Love You

Kamu berhak memilih apa yang ingin kamu pilih atas dasar karena pilihan itu pantas untuk dipilih. Hidup memang penuh ego dan terkadang kita terlalu menjadi buta karena ego itu. Hingga akhirnya seorang kamu pun membutakan sekitar. Jangan cepat menggoyah karena pertentangan pendapat dan pemikiran dari kiri dan kanan. Sebenarnya kamulah penentu. Mereka, aku dan kami hanya berseru agar kamu tak terus berseteru dengan goyahnya keyakinanmu setiap waktu. Aku dan kami memaklumi segala kekuranganmu. Aku dan kami menyayangimu. Bahkan sangat terlalu ingin menjaga karena rasa takut aku dan kami ini sungguh berseni. Artian takut akan segala kesakitan yang kamu alami mambuat kamu cepat untuk berkelupas. Termasuk melepas eksistensi sebuah jubah cantik yang selalu melindungi rupa sutramu dari beberapa koloni yang ingin melepas jubah itu dari dirimu.

Ini mungkin subjektifitas seorang personal yang memiliki banyak pola dalam pemikirannya. Bahwa sebenarnya keyakinan itu akan datang pada saat kamu ingin membuka tangan, pintu, beserta jendelamu untuk dia yang bernama yakin. Aku sebagai sebagian hanya mampu mewajari, karena aku tahu, setelah tahu, aku berperasa untuk empati, maka aku akhirnya mengerti. Ya, mengerti untuk memaklumi segala kekurangan yang pada hakikatnya ada pada seorang bernama kamu, kami, kita dan semua selaku pelaku semesta.

Setulusnya aku dan kami akan selalu meneduhkan seorang kapas yang selalu rapuh tercabik jemari-jemari adam yang kerap menyakiti. Jadi, jangan pernah menyerah untuk belajar bagaimana caranya  berusaha untuk segera membuka tangan, pintu dan jendela kamu untuk dia yang bermakna yakin. Aku dan kami akan selalu memeluk kamu di saat kapan pun yang kamu butuhkan bahkan tidak di saat kamu butuhkan sekali pun, aku dan kami akan selalu memelukmu. Memeluk seraya berkata untuk selalu peduli bila di saat kamu bersuka, berduka. atau pun berperasa asa yang dirasa sangat lelah sekali. Maklumi pula bahwa aku dan kami pun memiliki beberapa indera selayaknya berfungsional, di antaranya untuk berbicara atas pemikiran yang dipunya hingga berbuah pendapat, yang meski itu terkadang meretakkan organ merah hatimu.

Maaf, jika aku dan kami terlalu menyayangimu.
Terima kasih jika kamu mau mengerti aku dan kami.
Semoga aku, kamu dan kami sehat selalu untuk saling mengerti.
Amin.


Too much caring to you!
I (We) Love You, Fraya :)

17.11.12

Untuk VertDummPiada

Hallo, Dumm! Mari berjabat tangan. Lembut sebagai awalan bahwa saya adalah rangkulan sebuah catatan akan keseharianmu. Lembaran-lembaran ini ialah saksi dimana kamu menjadi dirimu yang paling berlanskap diri. Monokrom maupun aurora akan bermayor di dalamnya.

Hallo, Piada! Saya adalah baru di angka 21. Terbaru untuk berganti dari mereka yang sudah lalu. Berlari dan berlalu  namun tetap tersimpan dalam jaring-jaring tanpa berdebu. Kelak meski saya pun akan seperti mereka, tetapi inilah perhiasan sebagai warisan untuk kisah dongeng sebelum tidur bagi anak dan cucumu nanti.

Hallo, Vert! Bilamana semesta tahu sebuah saya ini ialah potongan mini dari serangkaian sastramu, segera lekas buat sentosa damai sehijau mungkin. Memang adanya saya ialah sepia namun biarkan kisah di antara monokrom dan aurora milikmu menambah segala warna dunia, semesta dan antariksa di depan masa, akhirnya.

Hallo, VertDummPiada! Jika saya sudah tidak mencukupi, simpanlah secantik mungkin. Rawatlah, lalu kunci. Simpan erat-erat setiap helai garis-garis penyimpan setiap kata, kalimat hingga berbuah kisah ini.

Hallo! 
Kepada, 
VertDummPiada 
di lanskap Pohon Galaksi nan jauh imaji di sana, 

Terus tuliskan yang tertulis di setiap tulisan dalam penulisanmu, 


Tertanda,
Lembar, Garis dan Harian

V E R T

7.11.12

DINI-HARI

Sebuah belitan benang yang selalu menjadi rutinitas sang dini hari. Siang, sore dan malam selalu membuang risau mereka pada masa ini. Selalu, berulang dan mengulang. Dini hari hanya mampu menyiratkan yang tersirat. Tak mampu menjelantahkan risaunya menjadi berbentuk sebuah bentukan yang terkonsep.

Banyak yang menonton bertepuk jemari bagi dirinya dalam drama, karena itu ia takut untuk membuka semua, jikalau sekitar dan dunia terlalu menuntut dirinya untuk menjadi yang mereka inginkan. Sayangnya, dini hari menyadari untuk tidak mengutukkan dirinya pada kekuasan egosentris. Bila terdorong, ironis akan menjadikan dirinya sebagai kisah miris tersukses di sepanjang hari yang berjumlah 7.

"7 sebuah jumlah yang ganjil. Dikatakan oleh seorang bernama Nona Hijau yang secara tidak langsung membuat manusia disekelilingnya menghitung harinya. Menentukan sebuah jawaban untuk sang fajar."

"Ketika rumput mulai berembun, dia akan tahu sesungguhnya keraguan dan rumitnya dini harinya ada pada secangkir kopi. Semoga dini hari akan memberi jawaban untukmu tanpa keraguan.  Amien."

Kopi sedang tidak mau aku racik dengan auman dahagaku. Dia sedang istirahat dengan cantiknya bersama air hangat dan dini hari lainnya. Kini hanya kumpulan gelombang karbondioksida saja yang masih mampu mencumbu dengan rancunya.

"Kisah murung yang terjadi pada dini hari tak satupun dapat mengobati. Yakin pada dirimu Nona, bahwa pikiran yang kamu curahkan saat ini adalah rindumu pada saat malam berganti pagi."

Terima kasih untuk Amin-mu. 
Pembalasnya dengan Semoga-ku.
Amin.
V E R T

6.11.12

Bangkai Berjalan

Lari-lari pergi dan sendiri yang berlari. Mencampakkan yang tercampakkan karena kesalahan naluri beironi picik simetri. Logis mengiris-iris irisan wawasan di luar nalar hingga mati teriris miris. Siapa yang mampu memberhentikan pelarian ini?

Sembunyi dan menguburi diri dalam elemen coklat berbubuk bangkai setengah mati. Memurungkan rupa sesayup retakan putih tulang ternoda. Menutup -yang mereka sebut- indahnya pelangi dunia. Takut dengan macam warna, macam raba dan stagnanisasi sendiri tak berarti menjalani siklus semesta di masa ini.

Bungkam dalam bungkaman yang terbungkan untuk membungkan penekanan keinginan membulam. Bermasa-masa lamanya menakuti mimpi sendiri. Merubuhkan tangga cita, memruntuh helai-helai hawa,  mematahkan sayap-sayap untuk terbang ke dalam lukisan Nebula sana.

Hampa dalam lancipnya sudut-sudut tak berirama. Logika mengalahkan nada-nada rotasi ambigram -yang sejujurnya- memang harus diterimakan dan bersiap akan adanya. Menciptakan logika sendiri, sangat diterlalukan untuk lebih sampai mencabik sendiri. Yang akhirnya sebutlah bangkai berjalan mencari secuil makna sembuh untuk berperasa akan siklus artian hidup dan kehidupan.

yakni aku, di masa itu. 
ialah kamu, di masa ini? Semoga lekas sembuh.
V E R T

3.11.12

Fobia Takut

Piada: "Mengapa kamu telanjang berselimut gelap Dumm?"

Dumm: "Saya takut cahaya mengulurkan tangannya untuk membuat diri menjadi normal seperti lainnya."

Piada: "Mengapa kamu memeluk benda mati?"

Dumm: "Dia tidak mematikan selayak yang kamu kira. Dia pelengkap yang sangat tahu tentang rupaku sebenarnya dibanding mereka yang hanya tahu saya adalah seorang bodoh."

Piada: "Apa yang kamu tangiskan?"

Dumm: "Malu karena diri adalah benalu. Mengasaskan emosi hingga menutup diri bagi logika dan hati. Terlalu menjadi pelaku drama sampai saya mati rasa."

Piada: "Apa saja yang kamu rasakan saat ini?"

Dumm: "Takut dan ketakutan."

Piada: "Sebutkan ketakutan yang paling menakutan dalam rasa takutmu, Dumm!"

Dumm: "Saya takut simbolik hawa meninggal. Saya takut menjadi stagnan. Saya takut bercuram merah hati yang sangat dalam."

Piada: "Kamu percaya konsistensi Pencipta dan Badut?"

Dumm: "Jelaskan."

Piada: "Pencipta menciptakan ketakutan agar kamu terlahir berani. Badut diciptakan ceria agar dia tidak terlihat lemah untuk terus menutup kesenduannya pada dunia."

Dumm: "Lalu, fungsi kamu berkata?"

Piada: "Karena aku adalah sisi di saat kamu sedang kambuh dan aku berusaha untuk selalu ikut berperan dalam proses kesembuhanmu."

Dumm: "Ada yang lainnya?"

Piada: "Mereka ada dan tidak terhitung. Terutama Dia yang sedang berdoa selalu agar kamu mampu menjadi makna laut yang tenang."

Dumm: "Haruskah saya sudahi?"

Piada: "Segera sudahi penyakitmu. Aku, Dia, mereka, dan Semesta akan selalu membantu memicu untuk kamu agar lekas sembuh."

Dumm: "Jika saya sembuh, maka saya mati."

Piada: "Maka kamu tidak akan mampu untuk memicu Dia dan mereka untuk mengerti lagi makna bertahan dalam mempertahankan yang harus dipertahankan."

Dumm: "....."

Piada: "Nikmatilah artian baik dan buruk di antara jiwa dan ragamu Dumm. Sempurna itu relatif."

Dumm: "Saya akan selalu mencoba dan berusaha jika memang rasanya saya mampu untuk melakukannya."

Piada: (Senyum)

Dumm: "Saya ingin berpetualang ke dunia bernama luar. Temani dan hibur saya jika kamu mampu."

Piada: "Mengatasnamakan Piada adalah tanggung jawabku untuk menghiburmu dan mereka. Ayo lekas bergegas Dumm!"

Terima kasih Piada dan kamu yang ingin pergi ke Pantai nan jauh adanya Jingga di sana.
V E R T

HARI-DINI

Siklus aktif ini menggelombang mengelilingkan logika antariksa dan di antara pertengahan keseimbangan dua dalam dunia. Statis mengemis menganak satir sebuah layar berbaku formal global. Membodoh-bodohi kebodohan terbodoh berlaku oleh si bodoh.

Melihat-lihat penglihatan yang tak perlu untuk dilihatkan dalam sebuah lukisan penglihatan layaknya liang lahat. Lalu, berperilaku remuk untuk berkubang tergelap sekali pun. Menjadi candu dalam rancu rapuh. Berpeluh lesu, mengecam semu. Kekalnya bermutlak pada picuan sang Kasih. Sebelum meniupkan nada akhir, biarkan ialah artian memproduksi kata bagi semesta sebutan karya.

Merusak diri, mencerdaskan diksi, berevolusi inspirasi. 
V E R T

31.10.12

Bercinta antara Kawanan Awan dan Nirmana

Nirmana menunjuk ilham keabsurdan yang terabsurd sekali untuk menuntun absurd. Berkeliling memusingkan agar tak berpaling untuk tidak memalingkan sesekali dari yang terpaling sekali pun.

Getaran-getaran itu kini bergetar menggetarkan indera penggetar raga. Merasuk pembuluh-pembuluh merah berarah, mengarahkan yang tidak ingin terarah. Oh, mungkin ialah sebutnya sebuah Nirvana beraroma surga semata.

Memejamkan dua pejaman hingga saatnya terpejam menikmati indahnya seni delusi. Warna-warni membuntuti yang mengilhami untuk sebuah apresiasi. Inilah nikmatnya kreasi berwajah dimabuk pelangi.



Ekspresi ambigu terlihat oleh malam dalam posisi tengah. Sebutnya dalam kegelapan menyulam auman awan-awan tipis. Sangat manis untuk mematikan perlahan kisah hidup yang terlihat dinamis.

Kawanan awan yang membawa artian mengawang bak melayang dalam rupawan layangan. Oksigen tak mampu menyapa, mendukung dan dermawan memberikan kasihnya dalam situasi duniawi ini.

Mencumbu gumpalan bergelombang karbondioksida dan pelangi Nirmana.

23.10.12

5 untuk 23

23 Oktober 2012, kepada angka 11...

Tolong, jangan menjadi debu karena kamu akan kuat dengan caramu mengenal pintu barumu.

Maaf, sebagian itu kini menjadi satu. Itulah pilihan yang harus terpilih untuk dipilih karen amengharuskan memilih.

Terima Kasih, untuk menjujurkan diri pada dunia atas makna kasih yang kamu tabung dalam angka11 ini.

Semoga, kelak kamu akan mengenal artian 'kuat menjadi diri dengan berdiri dan berlari mengejar mimpi sendiri.'

Amin, karena Dia, saya, mereka beserta semesta akan dan selalu mengaminkan apa yang akan serta ingin kamu inginkan.

Hey, 11, do you know? 
I let Him saved me.
He didn't let me drown. 
He was and always fix me. 
I'm thankful forever.
V E R T

21.10.12

Prosa Berpujikan Terima dan Kasih

"Ini bukan Supernova. Aku akan membuat pintu baru, jalan baru, dunia baru, lanskap baru dengan cara baru."

Dengan 5 kata magic saya selalu mempersembahkannya untuk 'aku', kamu, Dia, mereka, kami, kita, dan sekitar, beserta para pengagum Semesta lainnya. Saya akan selalu baik dalam harapan-harapn hingga mimpi-mimpi yang nanti semoga terealisasi. Sudah cukup lama untuk membungkam. Sudah bosan menunggu dalam bisu tanpa tau apa yang dimau. Inilah saatnya untuk memuji apa yang ingin direalisasi, nanti.

Kini artian Terima Kasih akan selalu bergema, mengudara dengan adanya lanskap-lanskap indah. Berbuah petunjuk jalan dimana saya akan membuat aturan sendiri dengan cara yang terbaik dari diri, 'Saya mampu untuk mewujudkan apa yang diimpi.'

Selalu, makna kita adalah tidak sendiri dalam kesendirian yang menyendiri. Kasih yang mengasihi dari segala sudut konstruksi yang berapresiasi menjadi sebuah ekspresi akan selalu menemani. Bertopeng seperti apa dalam panggung yang berbeda tak menjadi masalah jika kita ingin memberikan apa arti bahagia pada sekitar dan semua. Percayalah mereka beserta Dia adalah pemicu yang tak berancu. Memicukan harfiah yang tersirat bahwa kita berjiwa. Karena jiwa ada, maka berusaha dan berjuang itu pun ada.

Segala pujian untuk pengangum Semesta dipentaskan dalam sebuah prosa berperasa bahwa mereka berjiwa adanya. Terima kasih, semoga dan amin.
V E R T

Melepas Tali Ambigu

Ratusan masa lalu, coba mencoba memilih baja mengeratkan hubungan yang menghubungkan suatu hubungan untuk saling berhubungan dengan  sebuah penghubung dua sosok.

Kini merasa harus mengindiekan apa yng ingin diindiependentkan. Meyakini sendiri sang Tuan tetap akan menemani  dengan sebuah panggilan bernama harap. Harapnya untuk mengharapkan harapan yang diharap-harapkan akan makna kebahagian untuk sekitar.

Saat masa ini juga memutuskan keputusan yang sebenarnya berputus pada putusnya ketersiratan arti terputusnya untuk mencetuskan. Bahwa ke depan akan sendiri mencoba menegakkan tegapnya raga pejuang yang belum merasa berjuang melangkahkan diri bercumbu dengan bedebahnya dunia.

Ini ialah semoga dengan makna ucapan-ucapan beserta pergerakan yang digerakan oleh gerakan-gerakan logis dan rasa. Terkandung dalam jiwa beserta raga. Berkata amin dalam sebelum terealisasi sesudah terapresiasi dan berekspresi di panggung dunia dengan kehadiran semesta sebagai wacana.

Tolong dengan binaran.
Maaf dengan senyuman.
Terima kasih dengan tutupan.

V E R T

19.10.12

Lilin untuk KURVA

Mengaku jalang beremang melayang-layang. Menghantui penikmat dosa beserta runcingan gunjingan kotoran cinta, sebutnya. Entah berantah mengapa sukar bernafas terengah. Cari-cari dicarinya siapa ia dalam guratan sketsa. Tergambarlah imaji tanduk pencuri belalai-belalai bertekstur mancur.

Kotor menyulam sulaman kelam berupa penghuni setiap malam. Air bermancur memancurkan dahaga kesadaran nestapa, ialah ketakutan. Tak berjantung, serupa bunga bangkai membusukkan kehidupannya dalam kebun semesta. Mengusikkan pencium indera bermakna menyentuh keauman masa dimana berseteru dengan kiasan Kurva berulah.

Labirin bertebaran mengumbar lebarnya sudut-sudut lancip menggajilkan nanah pemikir. Jebakan penjebak di diri menjebak si terjebak. Kebingungan membingungkan pembingung dalam kata bingung. Getir bergetar berujung seni ketakutan. Memahat racun, melukis kalut. Bisu membisukan segala kebisuan hingga terus membisu.

Redup, lalu meredup seketika kedipan lilin titipan Pencipta menjuntaikan irama harapan kembali. Hingga tersadar dari kesadaran tak bersandar, disadari ia mayat hidup terkubur kubangan gelapnya kegelapan tak berhati, Tutupnya ketertutupan sebutnya penutup hati yang tak pernah mau melangkah sedikit pun.

Remangnya kerlipan lilin pemersatu doa dan dogma. Beruntai kata-kata indah teduhkan kosongnya jiwa. Seni ketakutan hilang tak berusap raga, sadarkan dirinya tak semudah itu berpikir hidupnya adalah prostitusi dunia.

Batu nisan Kurva mencabutkan diri yang sekaligus bangkit oleh uluran jemari lilin-lilin si Penari Semi. Melihat, berperasa, meneduh dan berdahaga kembali memaknai hati, hidup dan dunia. Siapakah kini masanya Kurva itu? Kini ia adalah seni ketakutan yang melusuh berkubang dalam bingkai berbangkai liang lahat. Melangkah terangkat bersama sang Penari. Mencoba sembuh untuk berjalan dalam jalanan perjalanan kehidupan.
(Dia tersenyum)

'Selalu bersiaplah dengan hal terburuk sekali pun.'
DUMM

18.10.12

Kata Kamis

Sudah terlalu lelah dan gelap untuk menyapa dunia, Kamis mengulurkan beberapa kata menjadi kerlip-kerlip cahaya. Di masa itulah kembali Prosa bercerita, 'Selalu bersama membangun tangga-tangga untuk menjadi yang terbaik dari dirimu.' 

Hijau terbang dengan ukiran-ukiran air mata bersayap patahannya. Kala rasi bintang dalam masa hitam itu tersenyum mengaumkan lukisan Pencipta untuknya. Tanda sebuah kasih bahwa tidak selamanya imaji lanskap depresiasi mampu meracuni pembangun hidup.

Air terjun menyedihkan saatnya terhenti. Terhapus ciuman rancu prosa-prosa Kata. Berkisah inilah saatnya memutihkan kembali tulang-tulang rapuhnya. Menjadikan darah sayunya sebagai makna terbentuknya kembali ensiklopedi kehidupan, dunia dan semesta.

Maaf Masa. Tolong, Pencipta. Terima kasih Dunia. Semoga Semesta. Amin, Semua.

17.10.12

SENJA SELASA

Masa kedua menyapa berjingga
Tertuju pada dua bayang satu Selasa
Kala romantika mengombak irama
Terpejam dalam tiga titik berada

Dan Rabu berguling mundur
Ambigukan indera buta, absurdkan pertapa,
Bermain tangga, tak mampu stagnan berbangga
Tetap meruangkan gelap memantulkan tak ada harap

Oranye tersipu, senja (masih) membisu. 
V E R T 

15.10.12

Alih Statis

Menyendiri sendiri dalam kesendirian diri. Menyelam dengan hubungan nuansa kegelapan setiap sudut persefektif minus. Menghirup dengan puyuhan iklim cahaya setiap rona garis konstruksi lurus.

7 masa berimitasi meditasi-meditasi seni. Membutakan prosa, melumpuhkan sastra, mencacatkan hujatan-hujatan kata untuk individualis minimalis berkoyak miris.

Memasangkan puzzle-puzzle huruf, merubbikkan kata-kata berdansa rima, menghijaukan kalimat-kalimat neraka, serta mengabstraksikan sang Abstrak yang terabstrakkan.

Diagram Xena berpenjarakan Diam, Bisu, dan Sembunyi. 
VERT

9.10.12

10 Juli 1990

"Mah, sedang apa di sana? Sehatkah? Neng di sini sedang tidak tentu. Apakah dengan sastra, Neng mampu untuk memberimu sesuatu? Jaga pola makan ya. Jangan lupa susu khusus untuk kontrol gula darah dan kalsiumnya rajin diminum. Meski saat matahari sedang berlari, yakinlah harapan-harapan Neng dari sini selalu menemani Mamah."

"Pap, pasti baru pulang ya dari Sumedang? Cape sekali ya bolak-balik Garut-Sumedang hanya untuk menemani si Mamah yang tidak mau sendiri di ranjang setiap malam. Oh iya Neng di sini sedang risau. Apa Papap tahu sebenarnya Neng lebih mencintai menulis daripada menggambar? Sayang ya, dari dulu Papap tidak pernah tahu berapa banyak kumpulan buku diary Neng yang tersimpan banyak di dalam lemari lusuh 'itu'."

"Mah, Pap, maaf jika Neng sering bungkam, diam menutup organ lembut itu tanpa berucap selalu apa yang Neng mau. Neng hanya berani menumpahkan kata dalam bentuk prosa berburuk rupa. Terlalu biasa dan tidak istimewa untuk semacam pahlawan seperti kalian yang sungguh nyata keindahan surgawinya. Bilamana suatu hari kalian tahu akan semua kalimat-kalimat ini, Neng hanya ingin kalian tahu bahwa ini adalah seberkas doa. Doa dengan kata, 'Semoga kalian tercinta selalu sehat walafiat agar kalian akan terus mampu untuk sedikit demi sedikit mengetahui banyaknya kumpulan kata yang Neng dedikasikan untuk semesta dan untuk kalian nanti.' Biarkan 'amin' menjadi pintu penutup kalimat-kalimat ini. Meski kedurhakaan ada dalam sisi tercuram sekali pun, percaya saja Neng selalu dan akan terus menyayangi kalian. Dan Neng percaya, kalian selalu merasakan pendaman kasih ini, meski Neng selalu bertopeng dalam pentas kehidupan kalian di Rumah Retro kita."




Untuk 10 Juli 1990 dari 5 Juli 1991,

7.10.12

DISTORSI - KEMATIAN DINI

Bising berurat darah. Terpenjara dalam kubangan langit. Persamaan jeruji runcing menghantam peluh raga. Hantaman risau teriakan ratusan manusia rusuhkan suasana.

Kicauan-kicauan distorsi setiap sudut tanduk menyergap jiwa. Diam namun berjingkrak lelah. Tak mampu bergerilya meski semata mencairkan nanah.

Pasukan para setan menyerang dengan beribu kilauan kepalan tombak. Makna semangat untuk mengurung satu jiwa terdampar sesat. Kesialan terbata hanya menganggukan asa dalam rasa geram menyeram.

Distorsi ini hendaklah mati. Hujan berpeluh lain, berkata aku ialah kematian dini.
V E R T

6.10.12

Imaji Bernama Kita

Bermain memblur dalam semak. Jika memang satu, kita tak kan lagi tersentak. Kisah kita sudah disimak oleh dia yang selalu menyimak.

Tanda tanya itu selalu tersirat dari kelopakku maupun dirimu. Kelak akan menjadi tanda seru. Mungkin setelah tahu jawabku dan jawabmu atas kita, sebagai aku dan kamu.


Siapa kah atau siapa pun kamu dari dalam semak itu, aku tahu kamu lah si penunggu.

Siapa kah atau siapa pun aku, inginnya untuk berlari sembari keras mencari. Bukan semak-semak itu, tetapi kamu yang hendak tersipu selalu.

Meski perjalanan terus berjalan dengan kata jauh, kisahnya terus akan mengayuh. Berjuang untuk tak rapuh hingga mampu memaknai dua sebagai satu.


Berimaji sementara. Suatu masa akan ada kata. Bertanda terikat selamanya. Maka, ialah Kita. Semoga.

V E R T

4.10.12

KAMU

Tuan Kata bertabur kalimat berdansa prosa
Sang Langit yang melipat sang Rindang hingga terikat
Unsur hujan penyejuk semesta, peneduh angkasa
Ialah lanskap senja dan sore ceria

Kamu dari Galaksi Fantasi.
V E R T

KAMI

Satu gelas bersama, berwarna, satu rasa
Mengantarku dan dia membuka galaksi cakrawala
Oleh nusantara dan semesta kami tak akan kalah
Keluh dan resah akan kerajaan biru, tak buat kami resah

Jarum masa tak pengaruhi kami, meski berlari
Bernyanyi, menari, lalu serasi, sebutlah ialah kami
Hingga iringan mentari mengetuk pagi
Semesta dini berganti terlelap sunyi

Dzikry Puji Gustina dan Paskalia Gare!
V E R T 

29.9.12

Hadiah Setelah Masalah


Mungkin malam ini kau tak akan lalui secara biasa
Mungkin kopi yang kau minum jauh lebih pahit dari biasa.
Atau mungkin karna ternyata hari-hari yang kau petik selalu menjadikanmu luar biasa
Hingga selain kamu semuanya adalah sangat biasa

A friendly gift from Bobby Ady Prasetyo.

28.9.12

Akibat ROMANSA

Inilah dua 'akibat' yang terlahir karena sajak Romansa.
Berlebihan atau tidak saya mengakui, bahwa saat melihat dua karya ini merasa senang berupa hiperbola.

Romansa pertama adalah sebuah video berupa animasi stop motion. Ini saya buat dengan sebagian saya. Awalnya hanya berupa sebuah tugas untuk mengikuti sebuah event di institusi yang saya tempati. Sayang, meski tidak mendapatkan hadiah berupa materi, tetapi kerja keras selama 17 jam, mulai dari take photo hingga converting menjadi format video ini sungguh berbuah banyak dengan applause tersirat dari teman-teman gores yang mendukung dan menyukai karya ini. Terima kasih kalian :*


Romansa kedua adalah sebuah karya desain berupa simbolik bagi sajak Romansa itu sendiri. Seniman tersebut yang dengan gagahnya tidak mengeluh dan tulus berbaik hati membuat simbolik ini adalah Anugrah Galih Garliaji. Lelaki pecinta sci-fi dan musik absurd inilah yang membuat Romansa semakin hidup. Terima kasih dan salam beribu galaksi ya Mr. Nebula :)


Ekspresif? Untuk masa ini hanya mampu tunjukan melalui kata, karena kata adalah harta terkaya dari timbunan ideologi saya. 
V E R T

26.9.12

The Help dan Sedikit Tentang Delta Blues

The Help adalah film adaptasi dari novel dengan judul sama karya Kathryn Stockett dan disutradarai oleh Tate Taylor yang disebutkan dalam wikipedia bahwa dia adalah teman dekat si penulis novel tersebut. Berkisah tentang Eugenia Skeeter dengan para pembantu berkulit hitam dari Johnson, Mississippi pada era 1960-an. Dikisahkan, Skeeter adalah seorang wartawan yang ingin mengangkat sebuah buku kontroversial dengan kisah fakta akan kisah-kisah rasisme dari sudut pandang para pembantu berkulit hitam (disebut 'The Help') yang berkerja untuk majikan mereka yang berkulit putih.


Disebutlah, Eugenia Skeeter (Emma Stone), seorang wanita lajang 23th berkulit putih yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di Universitas Mississippi. Setiba dirumahnya dia mendapatkan kabar bahwa Constantine, pembantu yang mengurusnya sedari kecil telah keluar tiba-tiba tanpa mengabarinya. Hingga datangnya sebuah rahasia yang ditutupi ibunya, Allison Janney (Charlotte Phelan) tentang Constantine dengan ujung kisah menyedihkan di akhir cerita.

Dan Aibileen Clark (Viola Davis) adalah seorang pembantu paruh baya yang banyak membantu membesarkan anak-anak kulit putih dari beberapa majikannya dan diketahui dia telah kehilangan anak lelaki satu-satunya yang meninggal akibat tertabrak truk. Lalu, Minny Jackson (Octavia Spencer) satu lagi seorang pembantu berkulit hitam yang berkemampuan memasak kue pai yang sangat luar biasa. Bisa disaksikan dalam pertengahan kisah dia memberi 'kejutan pembalasan' pada majikan yang memecatnya, Bryce Dallas Howard (Hilly Holbrook).

Pada awalnya kedua pembantu tersebut enggan berbicara kepada Skeeter, karena takut akan kehilangan pekerjaan atau lebih parah lagi. Aibileen adalah seorang pertama yang berbagi cerita setelah sadar bahwa anak-anak yang telah dia besarkan menjadi seperti orang tua mereka. Dan yang terpenting, kesadaran terbesar adalah saat ia mengingat akan kematian anak lelakinya yang mengenaskan dan tidak dipedulikan oleh kaum ras putih atas perlakuan mereka yang telah dilakukan pada anaknya.

Saat itu terjadi peristiwa dimana Medgar Evers, salah satu tokoh aktifis berkebangsaan afrika-amerika dibunuh di Jackson, Mississippi. Para pembantu dan Skeeter pun menyaksikan berita tersebut. Apalagi adanya penangkapan kejam salah satu pembantu bernama Yule May (Aunjanue Ellis) yang dipecat karena tuduhan mencuri sebuah cincin milik mantan majikan Minny, yakni Hilly Holbrook. Cincin itu Yule May gunakan untuk membayar pendidikan anak-anaknya. 

Sejak hadirnya kedua peristiwa tersebut, semakin besarlah ketegangan antara kaum pembantu berkulit hitam dengan kaum kulit putih yang selalu mengadah tinggi. Para pembantu itu menyadari bahwa buku Skeeter akan memberi mereka peluang agar suara mereka didengar, dan Skeeter akhirnya memiliki banyak cerita dari para pembantu yang ingin berkontribusi dalam pembuatan bukunya tersebut. Mereka tahu, saat itu adalah waktu bagi mereka untuk 'berbicara'. Kisah tentang Constantine, pembantu Skeeter di masa kecilnya pun ia masukan dalam bukunya.

Di tengah-tengah era diskriminasi berdasarkan warna, diceritakan bahwa Skeeter dan Celia Foote (Jessica Chastain) adalah salah satu dari beberapa orang-orang berkulit putih yang ingin membuat sebuah orde dimana rasisme harus dihilangkan. Jika tidak, Skeeter tidak mungkin memutuskan untuk menulis buku, The Help berdasarkan kehidupan para pembantu yang telah menghabiskan seluruh hidup mereka mengasuh anak-anak berkulit putih. Dan tidak mungkin pula dalam kisahnya, Celia menerima Minny begitu terbuka dan ramah, meski terkadang perilaku Celia selalu ceroboh hingga menjadi penguat karakter dalam film ini ketika diceritakan saat berhadapan dengan Hilly dalam acara sebuah pelelangan dana.

Film ini sangat cocok bagi penonton yang menyukai film drama sosial. Apalagi dengan inspirasi banyak untuk mempelajari makna kehidupan dari sudut pandang manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hati. Segmentasinya sangat cocok untuk ditonton oleh kaum hawa, karena kisah para wanita yang survive untuk menjalankan kehidupannya pada masa diskriminasi yang sedang maraknya terjadi di era itu patut dijadikan sosok inspirasi.

Tidak ada salahnya pula bagi kaum laki-laki untuk menyaksikan film ini karena agar mereka tahu perjuangan para wanita pada masa tersebut bisa disejajarkan dengan mereka yang mencoba bertahan dan melawan akan diskriminasi pada era awal 1920-an. Mungkin pada era tersebut, mereka berlari dan bercerita pada lirik yang dilontarkan pada petikan gitar delta yang disebut musik Delta Blues, sedangkan para pembantu itu melawan dengan suara dalam cerita pada tulisan berwujud sebuah buku yang dibuat oleh seorang penulis yang baik dalam bertutur kalimat dan sikap, yakni The Help.


Selesai menyaksikan film yang sudah publish pada 10 Agustus 2011 lalu untuk yang kedua kalinya, perasaan terharu dan miris kembali menggema dalam benak saya. Film ini mengandung persamaan dengan musik yang saya cintai, yaitu Delta Blues. The Help dan Delta Blues sama-sama menumbuhkan rasa respektasi saya yang semakin besar terhadap rasisme yang sangat fasis pada kaum kulit hitam. Mengajarkan kita untuk tidak mendiskriminasi sebuah perbedaan berdasarkan warna maupun ras.

Untuk kategori film drama sosial, film ini mendekati sempurna untuk memberi sentuhan hati akan kisah utama yang diangkat, yakni diskriminasi. Film ini pun mampu memberikan gambaran sejarah bagaimana kehidupan rasisme akan hitam dan putih di era 1960-an itu seperti apa. Hampir tidak ada kritik menurut saya di film ini karena saya hanya memberikan sudut pandang dari segi makna dalam isi cerita serta hasil dari apa yang sudah saya saksikan dari kisah film tersebut .

Secara tidak langsung pun film ini benar-benar sangat menginspirasi saya sebagai seseorang yang menyukai menulis. Apalagi tokoh Skeeter yang diperankan oleh si anggun Emma Stone. Menambah kembali cita-cita, mimpi dan harap yang selalu saya idamkan dan ingin segera says realisasikan. Semoga kelak high passion saya dalam menulis segera berwujud menjadi sebuah buku maupun bacaan yang berbuah inspirasi manis bagi para pembaca. Membantu mereka untuk menjadi lebih baik dari tulisan saya beri. Amin :*

VERT

24.9.12

Untuk Nadira

Bandung, 02.47

Nadira, kamu kompleksitas. Bagian hidupmu ialah puzzle. Berbelit, implisit dan menyempit.

Nadira, diammu cerminan keekspresifan diriku saat mencari berani di dalam tumpukan tanda tanya.

Nadira, rumitnya lembaran kisahmu ialah pengisi harianku. Ketika aku lelah diburu waktu, kamu setia beri kesejukan kata.

Nadira, kini kau menutup kisah. Kelak mungkin terbuka kembali lebaran katamu untuk mendorong ingatku  bahwa manusia menjalankan hidup dan kehidupannya dengan rasa, dengan hati.

Mencari Seikat Seruni
"Percayalah, bunga serunimu selalu harum selamanya dalam firdaus sana." - VERT

IALAH TIGA

Tiga,
mungkin adalah Pencipta dengan dua manusia
Tiga,
mungkin adalah satu kata satu angka bercerita

Tiga,
sebenarnya akan berkala,
Tiga,
selanjutnya masih menengahi kita, semoga.

Tiga,
ialah kalkulasi kegiatan yang dia cinta
Tiga,
ialah angka ganjil untuk kesehariannya.


"Kita, kata dan karya?" - VERT

Random Quote

"Karya mampu ditempatkan dimana saja. Dunia itu luas. Mata itu banyak. Begitu pun dengan makhluk hidup yang berpendapat." - Pohon Hijau

"Dunia nyata dan maya itu mempunyai kesamaan: Mereka memiliki tempat untuk menjadi karya atau bahkan menjadi masalah." - Perempuan Bodoh

"Sosial adalah bagian dari hidup. Hidup mengajarkan dan sosial memberi pelajaran." - Panda

"Manusia butuh penilaian. Bahkan dengan cara 'menyindir', 'disindir atau mungkin 'tersindir'." - Pelaku Prosa Beracak

"Pencitraan ada karena kamu punya sesuatu untuk ditunjukan pada orang lain. Bukan untuk menyombongkan." - Badut Menyeramkan



"Saya senang berteman dengan kata, bahagia bersahabat dengan prosa dan selalu ingin menjadi bagian dari sastra." - VERT

13.9.12

Beautiful

00.30 am
Tengah malam itu saya berair. Bertanda lelah. Lelah terlalu lama berlomba dengan waktu. Waktu membuat batin saya berkeringat. Hingga dia keluar dari ujung kelopak.

..... am
Malas berbicara waktu akhirnya terisi titik saja. Benci mengapa waktu harus memburu selalu. Tak kenal ampun. Jarum-jarumnya begitu menyakiti.

Saya dan dia berbicara masalah apa yang sedang terjadi. Ini karena saya terlalu lelah karena banyaknya produksi mengeluh dalam diri. Masalah yang dialami awam banyaknya sebenarnya.

Saya sendiri banyak berkata 'tidak totalitas padaku dan mereka dan lainnya!' Hanya totalitas memuntahkan air yang tak perlu mengairi keburukan rupa ini.

"Apa yang sudah kamu lakukan selama ini?", tanyanya.
"Tidak ada."
"Apa yang kamu inginkan?"
"Menjadi cantik."
"Kau terlalu banyak berteori...", dia berkata.

Berdiri dan berdrama sama sekali kosong dan tak berbunyi. Itu yang selama ini dilakukan. Butanya, saya selama ini tertidur dan hanya bermain dalam galaksi mimpi.

"Kamu percaya di matamu ada masa depan?", bertanya kembali
"Masa depan saya ada dalam masa kini saya."
"Kamu percaya akan berubah?"
"Saya percaya perubahan selalu menemani saya kapan pun,"

Saya ingin lebih terang dan hidup luar maupun dalam. Terang dan sejuk bagi mereka yang melihat. Tidak dibunuh oleh makna pandangan umum. Hanya saja kehidupan dan persepsi sempit terkadang menjadi superior. 

Menjadi cantik? Kali ini, antonim tersebut adalah keharusan. Mengalah untuk membahagiakan kehidupan. Tidak ada yang salah dan benar. Semua berkesinambungan.

"Hidup itu keras. Hidup itu berjuang. Selaku pelaku kehidupan yang hidup, buatlah kehidupan yang selalu dan lebih hidup daripada kehidupan-kehidupan sebelumnya." - V E R T

10.9.12

Remang Jalang

Terlalu jauh untuk berkata cinta, karena setiap harinya kita selalu bercinta dengan atas nama cinta atau dengan cinta itu sendiri. Sebut saja itu kehidupan romansa atau hidup berasaskan romantisme.

Berlalulalalng para pemanah hati dari kanan dan kiri. Seperti biasa si pelaku melihat situasi. Lalu bertanya, "Jika berjodoh, aku akan memanahnya. Jika tidak, aku pergi kembali ke Firdaus."

Stabil tak berstatis, sebut saja dilema murka. Memposisikan di tengahnya. Jalang diberikan gelar baginya dari cipta. Pelaku mengetahui kedatangannya. Pemanah tak berdaya. Secuil atas nama cinta penguat saja. Pemanisnya hanyalah dua di antara.

Diam mereka sebut adalah proses. 
Bukankan berlari ialah sebutan terbaik dari itu?  
Bercumbu sebutnya adalah ekspresi. 
Bukankah menyilang tangan sebutan terhalus dari itu? 

Kami sedang bernyanyi. 
Kita sedang bersenandung. 
Kalian sedang bertarung atas nama cinta dan demi cinta. 
Jahatkah cinta? 

Menunggu tidak perlu. Hanya perlu berjalan hingga bertemu perempatan surgawi, merah hati, kagum dan cinta. | V E R T

23.8.12

Matryoshka

Temu berasumsi lucu
Kau tahu suka? Itu awalan dan mengawali
Sebuah rahasia, cari, ambil dan kejutkan
Tiba, 2 merah muda tarik-menarik

Menggebu senandung merdu
Lirikan lingkar indera 2 menutup lembut
Merasa denyutan sayu-sayup abu
Datangnya romansa dari pelupuk timur

Bermain labirin mencari cincin
Ada rahasia di setiap awaknya
Nyaris berkapur namun tak kabur
Bersama, berjalan, bersama, bersaling

Membesar, awal mula rupa
Membuka, rupa setelahnya
Lagi membuka, raut hingganya
Mengecil, akhirnya

Berlama-lama setia itulah wujudnya
Kecil seterusnya, maka memfosil adanya
Sejatinya, itulah awalan dan akhirnya
Tak berubah rasa hanya rupa


Jika bertemu akhir akan menutup dan menyimpannya. 
Sudah cukup saling berteka-teki hati. | V E R T

11.8.12

Prosa Satu Judul

Sebuah Esa optik dimana pun selalu sedang terbuka. Gelap membuat embun bersiap membening. Abu-abu mencumbu malu mendungu seribu bisu.  Hitam putih mengadu. Hijau termangu masih menutup dagu. Oranye menyimak drama di sekitar sajak semesta.

Kini membalik. Gelap memucat. Kanvas langit kian terlukis indahkan pupil semesta. Biru carrebian  tersipu melantunkan awan. Dua ideologi sudi mengetuk dua diri untuk terus meningkat beranjak sastra.

Mereka berkata ‘nila setitik rusak susu sebelanga’. Beda berkata ‘titik menutup kata, rusak bait matinya'. Kata  mencari titik yang tak kunjung menitikan dalam jalannya. Pena membantu berlari. Otak membantu mencari. Dan hati membentuk mimpi.

Waktu tak kian mengarat. Selalu menanti kita 'tuk reda bersama. Silih menyulam ritme bait perbait. Menguras keringat untuk temukan dia yang-ialah-akhir dalam lorong prosa tak tentu. 

Semua berirama. Semua mengawan menyulam menjadi kata indah. Titik tersenyum menengok tarian syair hasil ideologi kita.

Otak, konsepsi kata. Pena eksekusi bait. Hati, indera prosa. Aku, pendukung. Kamu, pelengkap. | V E R T

7.8.12

SELASA

Saya­­­­ dingin, membutuhkan, namun sepertinya Tiga besar lupa karena Senin. Senin hanya mempertemukan Saya dengan The Simpsons.Tiga tidak hadir berharmoni. Sendu.

Masa melangkah, 22 beraroma gelap membawa Tiga dengan tanda tanya pada Saya. Saya diam. Sebenarnya tidak sedang membara (dan sebenarnya lupa), hanya sedikit meronta meminta badut drama.

Lalu, Tiga bersenandung prosa. Terlalu banyak terlihat prosa, tetapi nampaknya inilah prosa terhangat di antara lainnya, 

“Ini adalah Selasa. Aku hanya mengingatkanmu, jikalau Selasa masih memberi, mungkin kamu akan pergi dengan tujuan atau akan bermain dengan Selasa atau mungkin hal lainnya.”

Saya berucap 11 huruf. Tiga adalah lorong berlingkar cahaya agar Saya berlari mengitari rumput-rumput semesta dengan Selasa.Tiga menghibur sebagai pujangga bernada. 

Tiga, terima kasih, lagi. | VERT

4.8.12

Bait Bercakap Hujan

Alam: "Ayo bertutur kata dalam bait."

Awan: "Aku ingin berbicara hujan. Ialah perantara seseorang untuk mengungkapkan sebuah emosi. Hujan dapat mengekspresikan semua kata-kata yang tidak dapat diucapkan oleh sebait kalimat."

Alam: "Hujan berupa emosi dan sebuah jalan dimatamu? Lalu, bagaimana dengan makna hujan hanyalan sebuah pena untuk menggambarkan bahwa semesta sedang meracik embun berbuah jarum?"

Awan: "Meskipun bagiku hujan hanyalah sebuah pena untuk gambarkan semesta yang selalu terbayang di benaku, tetapi hujan adalah sebuah jembatan penghubung dari siklus yang terjadi di bumi ini. Dia adalah kehidupan, kematian, pengharapan, kekekecewaan, kebahagiaan dan sebuah kesedihan yang dapat menghubungkan semua emosi yang saling keterkaitan di setiap tetesnya."

Alam: "Apa benang merah yang menjadi sebuah celah untuk menjadi arti hujan itu? Harus berairkah kita sebagai penikmatnya?"

Awan: "Penghunbung dari semua emosi ialah di setiap rintik tetes air hujannya memendarkan kesejukan pada tanah yang menangis meratapi musim kemarau. Lihatlah pada awan mendung, disana ada danau tempat bias cahaya terpantul yang merenungi matahari yang membiaskan panas pada laut."

Alam: "Kamu tahu hujan dalam maknaku? Hujan itu aku."

Awan: "Apa alasanmu?"

Alam: "Aku adalah musibah bagi mereka yang menyiakan. Aku adalah kesejukan bagi mereka yang haus. Aku adalah sebuah ekspresi saat menyambut beban dalam perbedaan musim untuk penikmat semesta. Aku adalah siklus dimana jarum roda kehidupan untuk menjalankan hidup ketika bermasa dalam makna saling menghidupi. Aku adalah evolusi labil yang terkadang membiaskan, menguapkan, bahkan meratapi dunia dan mereka yang diselingi nyawa untuk menatap langit."

Awan: "Maka benarlah definisi dari hujan itu ialah aku?,Hujan yang menggambarkan seseorang yang terkadang dapat menjadi sebuah musibah ataupun sebuah anugrah.Selalu turun secara bersamaan serentak dngan setiap perasaan yang membaur dalam suara gemuruh hujan."

Alam: "Tidak. Hujan adalah aku. Dan hujan dalam maknamu adalah apa yang sudah kamu baitkan tadi. Sebelum aku berbait kini, kamu hanya menggambarkan arti dari 'hujan adalah aku'."

Awan: "Inti dari semua kalimat-kaliat yang terlontar ini adalah yang menjadi sahabat atau teman akrab. Hujan sebagai laki-laki yang dapat memanggil-manggil. Hujan yang mampu mendendangkan sastra, musik, nyanyi, atau tari. Hujan yang menyibak-nyibakkan tarian dan melentun anggun pada dahan dan batang. Hal ini jelas merupakan bagian dari mahluk hidup khususnya manusia. Sudah dapat di mengerti dari semua bait yang ada, tapi apakah kamu setuju jika hujan dapat di katakan sebuah kerinduan?"

Alam: "Aku tidak sependapat, karena hujan adalah aku. Aku yang selalu dan terkadang merindu. Aku yang terkadang dan selalu dirindu. Bahkan aku adalah sebuah kerinduan berabstraksi serpihan debu bersegitiga semu. Sebagai prosa terakhir, apa perbedaan Hujan adalah aku dan Hujan adalah Kamu?"

Awan: "Dan apakah perbedaan hujan sebagai aku dan sebagai kamu hanya dilihat dari sudut pandang saja, yaitu sebuah penjelasan yang berbeda tetapi mempunyai inti pengertian yang sama aku atau kamu sama dengan manusia...?"

Alam: "Sadarkah kamu? Kamu adalah awan bersistematis awam. Mari jangan hanya gunakan dua pandang."

Awan: "Benarkah aku hanya seorang awan yang hanya memandang dari sudut pandang orang biasa?"

Alam: "Aku ingin mengajak bercermin bersama. Aku tidak ingin menunjukan karena aku hanyalah redup. Bukan seberkas silau mau pun kejelasan petunjuk benderang. Sadarkah kamu, hujan pun berbulir lebih dari puluhan bahkan ratusan ribu juta ketika memuntahkan bsahannya? Ibaratkanlah sudut pandang itu seperti dia. Semoga kamu mengerti "

Awan: "Setiap tetes mempuanyai setiap peranan? Apakah benar pendapatku? Dapat di ambil dari berbagai sudut pandang yang ada bukan hanya satu ataupun dua."

Alam: "Semua berperan untuk memunculkan peranannya."

Dengan Awan Galaksi dalam rasi bintang Cancer | VERT

8.6.12

Segitiga 45

Saya tidak mampu beraturan selayaknya umum berkata ini dan itu benar. Saya cacat mental. Bahkan lingkaran pun akan berbicara seolah lancip mengeruuni.

Ketika tak ada penghuni sekalipun dalam semesta, mereka akan bersetubuh di firdaus. Hanya diri adalah setangkai bangkai yang menguai menjadi fosil tak berjasad.

Mereka begitu besar, berkapasitas dan tak terbatas. Perbandingan jauh antara lautan bermuda dan langit penuh lilin kecil anggun di sana.

Pahit dan menjepit. Kecil, begitu kerdil hingga membulat pupil. Tidak mampu menjadi tak terhingga atau berbangga. Mengayuh, menjauh lalu terlupa.

3 titik maupun 3 koma tak mampu berkuasa. Dungu ini rasanya berkaca. Banjiri diri setiap 24 dan 7 berjalan. Setiap bentuk maupun makhluk simpatisme mereka berevolusi menjadi sinisme.

Tertanda: Segitiga (45 derajat) - Abnormal  | V E R T

2.6.12

ROBOT

Berjalan bersama tuan definisi
Bersama bermanis teoritis
Tak gerak bereksekusi
Hanya menggeleng 'tuk berealisasi

Datar berkeinginan karena pencipta
Beku dipicu karena sekitar
Hasrat kosong rupawan minus
Lalu berupa dupa tak mampu terima siklus

Hidup diatur kehidupan
Hidup diprogram kehidupan
Hidup dikapitalkan kehidupan
Hidup ditiranikan kehidupan

Statis-Miris-Ironis  |  V E R T

1.6.12

Siluet

Merunduk tertanda bertumpul duri
Merasa runtuh lalu binasa tak bernada
Nyawa hanya sebatas murka diri
Memberi tanpa diterima

Bicara hanya sekira alasan basi
Komunikasi diselimuti alibi bertubi
Antonim dan stagnant terus menjadi
Lekang waktu berdebu usang menipu

Diam sebutnya pecundang
Sembunyi sebutnya lari
Bicara sebutnya lancang
Pergi sebutnya mati

Hitam tertutup dan menutup
Lancipnya buat merasa terlindung
Masa sementara untuk tak menengadah
Diam-diam menutup kata entah akan mencapai

Titik-titik  |   V E R T