1.12.12

R E B M E S E D

Memiliki organ-organ sempurna namun tak berhasrat berambisiusme cita yang padat. Kini bertemu akhir rotasi dari semua bulan yang sebutlah namanya yang tak perlu disebut. Sebenarnya tak ingin menyapa. Rupa ini sungguh ragu penuh malu mengingat selama putaran rotasi di tahun ini sama sekali belum ada perubahan yang berubah dalam pengubahan dengan seharusnya ubahan tentangnegative habit diri itu terlaksana. Sayangnya laksamana diri belum melaksanakan yang harus dilaksanakan agar terlaksana. 
 
Akhir dengan rotasi ke sebelas merasa ingin menjadi sesuatu namun tak berperasa sesuatu. Sesuatu yang terus menyatu dalam kesatuan satu-satunya terus beradu dengan bahasa pola pemikir kaku. Menghela nafas saja pun tak cukup untuk terus menjeda segala cita-cita yang telah terucap saat akhir angka 10 rotasi terdahulu. Entah apa sebab-akibat yang menyebabkan diri menjadi kembali selayaknya bangkai yang berbingkai tangkai-tangkai usai badai. Namun yang dirasa hanya sebuah keakibatan yang menjadi sejadi-jadinyai yang sebutnya 'inilah bangkai jadi-jadian yang menjadi-jadi'.
 
Mencoba ingin memutarkan, lalu mengingat sebelumnya ada sebuah mimpi yang terucap daging lembut. Sebuah mimpi (yang seharusnya) tercapai saat ini. Seharusnya saat ini menjadi sesuatu yang sangat menjadi-jadi. Seharusnya saat ini menjadi seekor yang tidak jadi-jadian. Seandainya dahulu belajar bagaimana caranya tidak terjerumus dalam kubangan tanah liat. Seandainya  dahulu menabung tabungan kata yang setidaknya saat ini mampu menjadi sebuah hasilan ratusan lembar. Ah, seandainya, setidaknya, seharusnya hanyalah sesalan implisit yang semestinya tak harus dirasa pahit.
 
Berloncat pada saat ini. Kini, rotasi ke 12. Rotasi akhir yang mengingatkan ucapan-ucapan berupa umpatan halus untuk ingin membahagiakan dunia dan ingin melengkapi warna semesta. Ya, kini bersapa kembali dan tetap menyapa, hingga berlontar pertanyaan yang berselimut pernyataan, "Menjadi manusia mati atau mayat hidup? Jika tidak mampu memilih maka pilihan yang akan memilihmu." 
Dan, setelahnya mencoba berlama untuk menutup dan menghela hingga terucap kalimat menantang seperti ini, 
"Menggunakan idealisme untuk mengubah pilihan tolol menjadi pilihan perkasa yang pantas dipilih dengan cara sendiri dan oleh sendiri!"


Dan mencoba untuk bersapa kembali . Ya, inilah saatnya.
"Hai, perkenalkan namaku Vert. Cita-citaku adalah memberi untuk sekitar, membahagiakan dunia, dan mewarnai semesta (serta memperkosa antariksa). Oh iya ini permintaanku, bisakah kamu dengan jumlah 31 masa untuk terus tersenyum dan menjadi baik? Hanya sekedar tersenyum adalah penyemangat untuku hidup. Hidup penuh dalam hasrat dan ambisi tanpa terus membual mual dan berbasa-basi. Dibalik pintaku, aku pun akan berusaha tanpa harus banyak berkata-kata yang terlalu apa adanya. Terima kasih ya jika kamu mengerti bahasa alienku ini."  (senyum)


Kini membuka kembali kedua kelopak. Kelopak yang sangat sebenarnya. Menyadarkan dan menyadari akan segala kemungkinan nanti. Nanti, di saat mungkin terjadi 'kematian dini', namun semoga tidak, tidak, tidak! 
Siapa pun yang membaca curahan sampah ini segeralah aminkan. (amin) 

No comments:

Post a Comment