7.11.12

DINI-HARI

Sebuah belitan benang yang selalu menjadi rutinitas sang dini hari. Siang, sore dan malam selalu membuang risau mereka pada masa ini. Selalu, berulang dan mengulang. Dini hari hanya mampu menyiratkan yang tersirat. Tak mampu menjelantahkan risaunya menjadi berbentuk sebuah bentukan yang terkonsep.

Banyak yang menonton bertepuk jemari bagi dirinya dalam drama, karena itu ia takut untuk membuka semua, jikalau sekitar dan dunia terlalu menuntut dirinya untuk menjadi yang mereka inginkan. Sayangnya, dini hari menyadari untuk tidak mengutukkan dirinya pada kekuasan egosentris. Bila terdorong, ironis akan menjadikan dirinya sebagai kisah miris tersukses di sepanjang hari yang berjumlah 7.

"7 sebuah jumlah yang ganjil. Dikatakan oleh seorang bernama Nona Hijau yang secara tidak langsung membuat manusia disekelilingnya menghitung harinya. Menentukan sebuah jawaban untuk sang fajar."

"Ketika rumput mulai berembun, dia akan tahu sesungguhnya keraguan dan rumitnya dini harinya ada pada secangkir kopi. Semoga dini hari akan memberi jawaban untukmu tanpa keraguan.  Amien."

Kopi sedang tidak mau aku racik dengan auman dahagaku. Dia sedang istirahat dengan cantiknya bersama air hangat dan dini hari lainnya. Kini hanya kumpulan gelombang karbondioksida saja yang masih mampu mencumbu dengan rancunya.

"Kisah murung yang terjadi pada dini hari tak satupun dapat mengobati. Yakin pada dirimu Nona, bahwa pikiran yang kamu curahkan saat ini adalah rindumu pada saat malam berganti pagi."

Terima kasih untuk Amin-mu. 
Pembalasnya dengan Semoga-ku.
Amin.
V E R T

No comments:

Post a Comment