9.11.11

Manusia dan Dunia

“0 (embrio), 2(tumbuh), 1 (dewasa). Menjadi 'satu' itulah yang tersulit. Tidak bisa memilih satu dari dua pilihan, belum bernama bijak.”

Manusia memang rumit. Rumit diberi agar logika terolah. Pemanfaatan kecerdasan akan terpakai bila pengendalian diri teratur. Banyak akan terjadi alur dengan kata 'kenapa'. Jika tidak timbul pertanyaan, manusia tidak akan terpicu untuk belajar dengan segala hal.

Setiap manusia diyakini punya sesuatu yang membunuh namun menenangkan. Kenapa? Tidak selamanya sesuatu yang 'selalu baik' buat mereka puas. Hanya mencoba bersyukur saja terkadang berat. Apalagi untuk selalu menerimakan sesuatu yang datang-pergi dari diri dan sekitar.

Tercipta kata 'sementara' agar semua diberi batas. Sejujurnya. Jika tidak ada 'sementara', 'kesempatan' tidak akan ada. Kerumitan ini hanyalah sementara. Diyakini jawaban ada pada diri. Dari proses yang akan berkesempatan, namun kembali lagi pada jalan-Nya.

Semakin cerdas, tingkat ketidakpuasan akan semakin tinggi. Butuh pengendalian keseimbangan dua sisi. Proses akan menjadi utama daripada hasil. Perjalanan dari proses lah yang akan menjadi guru untuk diri. Timbullah pengalaman

Antonim akan selalu ada dalam kehidupan. Beralasan, itulah sebenarnya pemicu agar manusia selalu mencari & menyelesaikan antonim didepannya. Memang terkadang dan selalu monoton. Lawannya? Adalah kata 'beda'. Itu yang akan mengalahkan monoton.

Selalu ingat dengan 'sebab-akibat'. Atau mengrti dengan makna 'iya-tidak'. Kita memilih, lalu menjalankan. Selanjutnya memahami. Pertanyaan dari diri, akan terjawab sendiri. Jawaban ada pada pilihan diri sendiri.

“Tantangan tertinggi di dunia: Menciptakan, menjalankan dan memberikan keseimbangan dengan diri dan sekitar.”


Rumit sedang memperkosa. Dilema sedang perkasa. | V E R T

No comments:

Post a Comment