27.11.11

Kesinambungan

"Untuk apa diberi otak dan hati jika manusia itu hanya bisa menebak? Semuanya relatif. Situasional dan kondisional. Dirasa maupun tidak, anda, saya mungkin mereka, pernah atau sedang menjadi manusia yang tebak-tebakan. "

"Selamat mencari apa 'absolut' itu sendiri, karena manusia itu hanya 'belajar', dan Tuhan hanya 'melihat'. Memang masih terjebak dengan egosentris, tapi jika menjadi dua sisi, itu sendiri dapat menjadi andil yang positif dan negatif."

Manusia itu hidup untuk belajar. Mereka 'mencari' (0), mereka lalu 'memilih' (2), hingga akhirnya 'menetapkan' (1). Tuhan sudah memberi jalan lurus dan di setiap sisi jalan selalu ada opsi dua pilihan. Dalam lurusnya jalan tersebut manusia diberi kebebasan untuk membuatnya menjadi tikungan. Menjadikan itulah 'kehidupan', menciptakan banyaknya 'perbedaan' dan lahirlah 'dua'.

Pertentangan menjadi peranakan. Namun, buruk dan baiknya (jika memang ada) akan menjadi andil bagi hasil dari proses yang sudah di jalani. Proses memang seorang ayah yang baik. Dan egosentris adalah seorang ibu yang kreatif. Menjadi satu, dan yang dirasa (jika memang mampu) mereka adalah partner in crime yang selalu saling mencumbu.

Semua...saling berkesinambungan. Saling berantonim, saling melengkapi dan saling menghasilkan arti fungsi masing-masing yang kembali lagi saling berkesinambungan untuk mendapatkan manfaat dari fungsi perbedaan itu sendiri.

"Ini adalah pandangan saya. Biarkan saya yang memegang pandangan tersebut dan terus berkesinambungan dengan pandangan tersebut. Saya berhak untuk tidak melepaskan pandangan tersebut selama (jika) ada diantara sekitar yang dapat mematahkan pandangan tersebut."

"Inilah kesinambungan. Ada dan selalu di antara pandangan saya, pandangan anda, pandangan kamu, pandangan dia, pandangan mereka dan Tuhan yang sedang memandang..."

"Tolong", "Maaf", "Terima Kasih" | Semoga, Amin | V E R T

No comments:

Post a Comment