28.12.13

Ada Benci di Ruang Angkasa

Melahirkanmu sebuah penguatan dosa. Dimana sebut saja sampah. Menjamah nanah, menunggu jadi seonggok tanah. Hingga jadilah ladang tanpa senang tak beriang. Muram pun keram tenggelam dimati karam.

Sebelumnya adalah kisah di samudera. Kini, Mikail memberi rupa sebuah muka. Melingkar muka agar berdupa sampai remuk ini berduka. Kupakai saja untuk terbang sembari lepas berdendang nada minor remang. 

Mikail masih menatap agar tetap saling menghadap. Cium hasrat dan cumbu seolah tertusuk bambu, namun mampu membuat semesta rubuh. Jadinya hanya aku, Mikail dan abuyang berpijak menjadi debu. Kami bersama remuk melintasi kabut.

Sebelumnya adalah kisah atmosfera. Kini, kami dikelilingi anagram-anagram kerlip. Dimanapun berada, mereka ada. Lanjutnya ku melepas dahaga sejenak, lalu memojok terhenyak. Tersadar dari bodoh, tersangka tetap bodoh. Oh, begitulah rasa caci dari maki untuk diri. 

Mikail kini terasa pahit, genit dan rumit. Gundah, maka meludah pun terjadilah. Saat itulah aku tiada dalam ruang angkasa. 

No comments:

Post a Comment