4.5.21

DASTER


 Tuhan, jika surga itu ada, apakah dia akan ditempatkan di sana?

Seharusnya dia memakai gaun dasternya. Bukan kafan itu. Tidak lupa dengan kerudungnya, atau topi yang selalu dipakai untuk menutupi salju-salju putih di rambutnya. 

Orang-orang menyuruhku berdoa. Apakah telinga dia masih sama seperti dulu yang kurang mampu mendengar bentakanku? Setidaknya jika memang ada surga dan kau menempatkan dirinya di sana, apakah dia mampu mendengarku? Iya, mendengar pula isak tangisku yang ternyata hingga perputaran puluhan ribu detikpun aku masih belum sanggup berhenti membuat air mata ini menjadi gurun. Tidak, atau belum. Aku tidak yakin.

Tuhan, apakah aku bodoh? Memakai daster dirinya hanya agar terasa dekat saja. Entah lupa atau durhaka, peluk erat kulewat begitu saja. Merelakan tangis untuk bersahabat denganku saat itu hingga kini. Munafik kupelihara pada tangisku sendiri. Aku benci, namun terkadang menikmati. 


Tapi...

Tetap saja peluk sudah pergi.


Satu lagi,

Bolehkah dia memakai gaun dasternya di surga itu, Tuhan?

Atau, dimanapun dirinya kau tempatkan... Bolehkah?

No comments:

Post a Comment