14.6.11

PROFESSOR

Sebelumnya, terima kasih detik. Kamu beri saya kempatan untuk bersuara dalam kata. Mohon lihat, inilah tentang dia, Professor!

Professor, merupakan otak dan buku bagi seorang labil si hijau. Penggerutu yang tidak tahu malu. Selalu jadi benalu. Pencipta pertemukan mereka dalam maya. Lalu, bersua ucap salam kenal dan akhirnya Tuhan beri kesepakatan pada mereka untuk lebih lanjut.

Namun, detik mengguru. Terlalu terburu. Merpercepat perputaran lap. Mereka semakin dekat, terus jalin menjalin. Maka, tepat dalam angka sial seperti yang umum kerap katakan, akhirnya mereka bersatu. Bekerja sama untuk ke depannya menjadi 2.

Air mengalir terang, udara berhirup tenang. Professor dan hijau sedang terbiasa untuk memberi pundak masing-masing pada masing-masing. Beratus hari seterusnya Professor ajarkan ilmu untuk si labil. Terus produktif hasilkan sesuatu yang buat si labil kini mulai stabil.

Dan, kini si labil memang pintar, cerdas, bijak membantu sekitar. Dan akhirnya professor beri dia nama VERT DUMM PIADA. Tentram ketika tahu Hijau menjadi pemilik nama VERT DUMM PIADA tersebut. Maka, dia 'bersebelas kata' amat sangat pada Professor.

Hingga saatnya mereka berdua semakin menjadi 2. Professor mulai ingin masuk dalam dunia Hijau. Apa yang Hijau suka, mencoba untuk menyuka. Dalam kisah inilah yang Professor sadar dia harus memorikan setiap perkataan yang dilontarkan Hijau untuknya tentang dunianya.

Memasuki detik ke 200-an, mulai terjadi perambiguan antara yang menjadi stabil kini labil kembali. Banyak pertanyaan terjadi pada Professor. Dan Professor kini sadar, dan terbangun. Hijau kini adalah pohon yang sudah semakin amat sangat tahu perbedaan oksigen & karbondioksida.

Semakin pintarnya Hijau, menambahnya pula pertarungan perbedaan pada dia dan Professor. Tersadarlah ternyata sudah terjadi retak didalam. Hijau menenangkan egonya bersama air. Begitupun Professor, menenangkan logikanya dengan udara.

Terima kasih dan akhirnya Pencipta beri  kesepakatan, waktu pun sudah beri dia kesempatan. Maka, saatnya logika menjalankan yang labil. Pertemuan tanpa diatur akhirnya bertemu, mempertemukan titik temu yang sudah kurang semu, antara yang baru pintar & yang sudah lama pintar.

Bercumbu dengan kejujuran. Akhirnya semua tersampaikan. Bersenyum kembali, kini sadari Hijau memang sudah pintar, dan Professor mengakui. Kepintaran buat buka semua pintu retak dalam inti kesatuan antara yang labil & stabil. Maka, saatnya sesuatu yang baik diputuskan akhirnya.

Yang labil berkata,
"Maaf & terima kasih Professor. VERT DUMM PIADA itu tidak akan terlupa."

Berdamailah Professor. Syukur dan kedua jari-jarinya pun terbuka berucap terima kasih pada Pencipta.
Mungkin sentuhan terakhir. Genggamannya, buat Hijau haru.

"Kamu akan saya masukkan dalam rumus-rumus kenangan saya. Dan tidak akan terlupa pula.", Professor lurus bermakna di depan Hijau. Perpisahan itu tidak buat Professor takut, namun lupa yang buat dia takut. Harap semoga tidak terjadi.

"Terima kasih. VERT DUMM PIADA itu adalah sebenar-benarnya saya. Kamu memang sangat tahu saya apa, mengapa dan bagaimana. Terima kasih Professor!"

Tertanda, Hijau yang pernah menjadikanmu sebagai otak dan buku.

1 comment: