13.4.16

Candala


 Luigi Rubino - Last Dance
Mungkin membiarkan tembok berhala itu retak, dudukku terbias memojok akan lebih terlihat berelok di mata Sang Keji. Makin termangu, makin terlihat dungu. Padahal sungguh, sayu di sini lebih kecut dari kecapnya.

Rendah di antara yang paling rendah. Dina di antara yang paling hina. Belanga di antara yang paling rusak sekalipun. Pun tahu bahwa gemercik sakit ini semakin hitam semakin mencaci. Tumbuhlah duri-duri di antara yang paling merasa suci. Selalu, repetisi.

Banyak di antara pembuat irisan miris ini menggubris perih. Jauh untuk bersuka tanpa tambahan 'ria'. Bodoh saja bertambah cemooh, di akhir sukar tanpa meniti. Menjahit rakitan ketenangan pun  jauh diraba pun bahkan ditata.

Ribuan hardik kerap yang kecil dibuat makin kecil. Dianggaplah berbangkai yang tak berbingkai. Yang masih berbayang di pelosok cela akan membesar. Perlukah untuk diluhurkan?


No comments:

Post a Comment