11.9.11

D A T A R

Semoga tidak layu menjadi senja tanpa oranye. Kembali akhirnya pada masa transisi. Tanpa dia yang berwarna. Nampaknya hampa. Berguguran tanpa arah. Kasihan beribarat daun kering. Jatuh pada jalanan retak tanpa siapa pun yang menginjaknya. Tidak terjadi kontraksi apa pun. Hanya angin yang menggerakkan, namun sementara. Kadang kencang, kadang pelan, dan kadang berudara. Sungguh lelah dan melemah.

Anggaplah itu beberapa putaran ribuan detik yang lalu. Mari ke ribuan detik selanjutnya. Kini berusaha kembali segar dengan embun bersimbah dari terbitnya mentari. Dan nampaknya kembali menjadi lebih oranye meskipun ini bukan senja. Tapi, ketika membuka logika, ternyata ini hanya fatamorgana dan kembali berorgasme sementara. Yah, akhirnya kembali seperti biasa. Layu tidak, Hijau pun tidak.

Inikah datar? Sepertinya dengan keadaan normal akan terjawab, IYA! Kosong tanpa siapa pun. Hampa tanpa apa pun. Hanya menghasilkan kata 'tanpa', 'tanpa' dan 'tanpa'. Sangat abu-abu dan dendamlah pada kelabu. Terjadi pertentangan dengan kata 'mengapa', 'mengapa' dan 'mengapa'. Nampaknya akan membenih rasa lusuh seperti tanpa koma dan titik.

Isyaratnya, kapan akan terjadi pemberhentian masa ini? Siapa yang akan memicu untuk perubahan yang lebih berwarna dari masa ini? Apa yang dapat membunuh masa ini? Bagaimana cara berdiri kembali dari masa ini? Berapa lama akan terjadi masa ini?

Kebingungan terjadi. Ketakutan makin mengabadi. Kini, mengamati sendiri hingga menikmati. Memotivasi diri sendiri meski inilah akhir dari letih. Meskipun hampa, tapi itulah sisi nikmatnya. Memunculkan ke-absurd-an dalam logika. Simpulkan sesuai dengan segala yang sudah terjadi akhirnya inilah anugrah. Sebuah tantangan. Sebuah pertarungan akan membesarkan dan pastinya menguntungkan untuk pembentukan diri. Semoga..

Anak matahari masih tersipu dalam gelap. | V E R T

No comments:

Post a Comment