25.3.12

Musim Semi Si Kerudung Hitam

Duduk mendekat pada batangan kayu, perbudakan dari jendela. Berembun tanda pagi sedang berkeringat dingin. Kerudung hitam itu menutup helaian rambut panjangnya. Malu-malu pada mentari yang sudah menyapanya dengan oranye muda.

Berbalik dari dalam kerudungnya, kornea itu menuju pada sang anggrek. Seolah membukanya pada masa dimana indahnya musim dingin lalu. Dikirimnya oleh seorang yang tersayang, namun masa-masa itu haruslah terhapus oleh nanar. Menyebabkan si kerudung hitam cacat, tak memiliki organ di dalam kehidupanya yang dia miliki satu-satunya.

Benaknya berkata, "Ah... Itu hanya musim dingin yang lalu. Aurora tidak bertampak buat aku muak dan berkabar retak pada sekitar."

Kesendirian kini hanya ditemani musim semi bersama lantunan balok not lusuh. Karya-karya berharmoni sendu adalah anaknya. Berharap dulu dapat terapresiasi pada dunia.

Tersesal lalu berair. Sesak lalu menunduk. Rapuh lalu menutup. Lelah lalu menghilang.

"Sayang, aku sudah mati..." | V E R T

No comments:

Post a Comment