9.1.13

Katanya, Pemikir.

"Kalo ngebangke kelak mau kayak gini aja.", kata Pemikir
Tidak tahu tapi merasa iya. Menyetubuhi diri sendiri secara terpaksa dengan menyulam sulaman kelam. Selalu kelam. Dan hanya mampu menghirup oksigen pada dini hari dari malam. Itu sebutnya si Pemikir.

"Berlebihan!", sebutnya goblok. Dalam arti tolol berkelanjutan menjadi berkesnambungan dalam psikedelika hidup. Padahal nirmana yang dibuat malah abu-abu belaka. Bahkan sephia meraja bermahkota tanduk dua. Itu sebutnya Pemikir.

Visioner pendek bilangnya tak mencinta cita-cita berharap yang tak percaya diharapkan. Busuk bermuluk berhalusinasi selayaknya kabut memblur. Kabur malah menutupi lanskap sampah. Itu sebutnya Pemikir.

Inginnya bersampah sumpah serapah seperti jerapah terpotong lehernya mematah. Berbentuk 'L' berbalik. Bergambar layaknya diri si pembenci cermin. Berbias angka-angka kotor. Bineri tekno bermilenium penuh rumus-rumus pengganggu pola diri yang selalu berteori. Goblog sebenarnya, tapi itu sebutnya Pemikir.

Ada bangsa mengaku berbangsa lalai mengepak mulutnya sok seperti angsa. Payah masuk menjadi mereka. Sukar harus bagaimana, nanti menjadi apa, berapa banyak ideal dalam idealis maksimalis ketika realis masih sok-sok berkorban untuk sosialis, lalu malas dengan memelas agar nafas masih mampu bernafas. Ya, itu sebutnya Pemikir.

"Jadi sekarang ada masalah malah diresleting?", dan setelah itu pergi dengan antonim ikhlas dengan meninggalkan sketsa halus pada rupa. Menunjukan tua, klise dan kamuflase. Bilangnya 'Anjing' pun tidak akan didengar. Taunya, "Saya bilang saya binatang yang terjebak dalam kelamin sesat.", dan masih sebutnya Pemikir.

Sekarang? Ada apa sekarang? Mau meludah? Mau meniduri diri sendiri dengan dini hari? Lagi dan lagi? Tolol sepertinya. Pikirnya masih memikirkan pemikiran-pemikiran yang dipikirkan dengan pikiran-pikiran berpola pemikir fakir. Lalu...tetaplah itu sebutnya Pemikir.

"Cuk, saya ndak bisa ngapa-ngapain. Cacat senyum!", katanya. Kata-kata terbata bermerah bata. Lusuh, jijik dan tidak layak pakai. Akhirnya objek hiburanya pergi dengan ucap salam. Salam tinja. Hina!

No comments:

Post a Comment