29.1.15

Rindu Racun

Sampah menumpuk dalam raga. Yang dirindu khayal berbentuk kejujuran. Bersayap indah, mengkanvaskan imaji psikedelia. Bernyenyak dalam warna aurora semesta. Tak begitu banyak hasil menjadi penerbang yang kekurangan keanehan dan tak berbentuk.

Seperti dan seolah rindu mereka, para pembuat onar. Pandai berkata, cerdas berprosa. Meski topeng menumpuk rupa. Selalu mereka nikmati kesenjangan cacat yang dimiliki. Diri membatin, dan tawa selalu di akhir. Tanda bahagia sebagai pembuat kejahatan termanis.

Manusia lain tak perlu tahu pikirnya. Hanya mencandu karya berselimut jingga dan pelukis kalimat warna warni bumi. Sesampainya sampai mereka tahu ialah itu merupa racun yang rancu.

Terbahaklah saat dulu duduk di bawah pohon galaksi dan menonton mereka tunduk perlahan di atas racik biji kopi saat sephia menemui.

Terlalu lama di langit. Lupa menengok laut dan hutan. Apa kabar wahai Kejahatan?

No comments:

Post a Comment