12.10.11

Kertas Kenangan

Setiap lembarannya Nona Pohon berbicara dengan liukan kedua sahabatnya. Bapak pulpen atau adik pensil. Selalu dalam lembarannya Nona Pohon bercerita tentang kisahnya. Kisah-kisah dia yang terkadang seperti pelangi, namun terkdang seperti kabut.

Suatu hari dia berencana akan menutup kisahnya. Kertas menyanggupi untuk tidak menyimpan perkata dan perkalimat dalam tubuhnya lagi. Dia pun tidak sanggup melihat Nona Pohon membanjiri tangis hingga tetesannya merintik ke bawah pipi. Hingga tersentuhlah pesakitan air tersebut menyentuh si kertas.

Kertas akhirnya menolak untuk menerima tulisannya sang Nona yang sedang menggalau ria. Kesanggupan sang Kertas sangat lemah, dan mungkin ingin mengalah. Sangat sakit melihat paras sang Nona yang terkapar karena lapar oleh secuil harapan kasih. Siapa yang buat Nona seperti itu?

"Kertas, saya tidak akan memberikan kisah lagi dalam lembaran putihmu. Biarkan kisah tentang adegan saya yang ditinggalkan Tuan Kacamata ini tersimpan dalam memori kenangan. Kenangan paling retak, dan nampaknya retakan itu tidak akan bisa direkatkan lagi."

Kertas paham dengan perkataan Nona Pohon. Dia akan menutup semua perlembarnya menjadi sebuah buku. Buku usang yang tersimpan dalam rak tua, berwarna coklat dan penuh disinggahi jaring laba-laba. Tersimpan dengan sangat rahasia, rapih dan rapat-rapat.

 Ketika rindu pada kertas dan segala isi buku kenangan dengan cerita kisah Tuan Kacamata, Nona Pohon pasti akan menengok sebentar. Membuka, membaca dan kembali ke portal masa lalu. Masa dimana dia dan Tuan Kacamata saling bercumbu, dicumbu dan mencumbu. Masa ketika dia dan Tuan Kacamata saling bahagia menempelkan bibir masing-masing untuk saling merasa bahwa mereka telah menjadi satu sejoli dan sejati.

#15harimenulisdiblog TEMA 12 #mantan @hurufkecil | V E R T

No comments:

Post a Comment