9.1.12

BAKAR

Remuk masa menghantam nyawa dengan segala duri bertindak sekuat baja. Satu objek menjadi raja dan memperbudak semua. Memakan rasa, membatin jiwa. Hingga bakar rasanya raga hingga ke pelupuk angkasa. Suatu hari dimana dia merasa lelah akan siklus jahanam ini. Ingin memuaskan sekitar tanpa berpikir untuk diri.

Terjun mengalir dari satu bulatan kaca untuk pembiasan satu lihatan. Menghempaskan apa yang serasa berabad terpendam. Menjadikan dendam, lalu evolusilah kutukan dari dirinya untuk semesta yang diperbudak. Menghalang segara rimba dan padang nestapa yag menyulam, menghunuskan vitalisasi organ berlian.

Entah mungkin ini adalah roda. Mobilisasi kehidupan yang semakin maju. Padahal sendiri pun belum memahami apa itu hidup dan mungkinkah ada objek hidup dalam kehidupan? Ini eksperimentasi atau korban dari jala rawa busuk dan kumuh?

Hiasan serabut hitam selalu ada tanpa diundang. Kiasan delusi gelap selalu datang tanpa dipancing padahal tak bergeming. Biarkan diri saja yang bisa bertahan dengan logaman berantai pada personal. Mungkin api memang kuat, tapi esok air masih dimungkinkan untuk bermahkota.

Baiknya diri bisa kalahkan api. Redam sang bakar tanpa tahu bakar itu menjadikan kecerdasan suatu detik, jam hingga hari nanti. Kita atau kamu mungkin diperbudak, tapi haruskah menjadi hulubalang berabad lamanya? Tidak! Tidak! Tidak!

Merugilah. Membuat kita mengalah dan hancur. Jangan biarkan hingga menjalar membuyarkan apa yang akan dan sudah ditanam. Itu salah. Lanjutkan bakar itu untuk fungsionalisasi yang guna untuk diri. Diizinkan egosentris dengan kewajaran yang ada. Perbolehkan jika memang baik menurut persefektif antara diri dan sekitar.

Melelahkan sudah sering dikalahkan. Dewasalah.
| V E R T

No comments:

Post a Comment