10.7.13

Sepia Obscura

Seekor putri malu adalah sebutan saat kelahiran. Pada spora-spora sang penyapa tamah, menunduk seolah terkantuk.Terjawab saja dengan auman batuk. 

Menginjak sedikit besar, menyerupai jamur. Meracuni kedua kelahiran. Melawan sistemasi yang tidak tersistem. Bukannya menyebar harum, malah menyebar delusi, ilusi dan halusinasi. Bahkan rasional dan irasional sekali pun.

Setengah remaja, banyak warna bersahaja. Menempeli kelopak begitu terangnya. Seorang dukun berkata, mereka hanya ada dua. Kuning dan biru darah. Apa antonim dari terkesima? Hanya datar beraroma.

Ketika bercita-cita menjadi seekor ibu, sobeklah keperawanan. Lalu di sekeliling mayoritasnya tanda tanya menerkam, menghujam dan mengancam. Belum beranilah mamakai tanda seru. Semua masih koma.

Bertransmigrasi ke pelosok kumpulan gedung-gedung kapital, sedikit bersuara dan mencari kumpulan mamalia sedih. Hanya mendengarkan ceracauan mereka, dan mereka tertidur saat mendengarkan ceracauan sendiri.

Masih di angka 2 sesaat waktu balik berputar, dan lalu berpetulang dengan alam. Sangat liar sampai membuyar. Melupakan angkasa, dan samudera. Tidak mengenali sungguhnya telah bersatu dengan tanah menjadi nanah.

Lalu beberapa detik lalu sadar; sendiri dalam kesendirian yang menyendiri sebagai pendiri diri sendiri. Menengok 120 derajat ternyata makna kemarin, kemarinnya lagi dan kemarin lamanya lagi adalah ke-aku-an yang kaku.

Sekarang? Siapa? Cobalah tebak saat 'kau' diputar balikan menjadi 'aku'. Adakah 'kita' maupun 'kami' atau bahkan 'kamu'? Mampukah ada jawab dari tanya menjadi titik, sehingga tak perlu ada koma atau jeda?

No comments:

Post a Comment