6.7.13

Selamat! Kalian adalah Seniman!

Layar pernah berkata,
"Kamu akan berevolusi dewasa saat dimana kamu tahu ingin menjadi apa kelak."

Lalu, Rabun berkata pula,
"Hari Minggu lekaslah pulang. Puji-pujian merindukanmu. Sudah tahu beberapa abad lalu kau menabung dosa. Kini sebaiknya berbenah."

Sesaat kemudian, Tebal ikut menyimak lalu melantunkan kata tak bernada,
"Beri aku bolpoin di bulan salju nanti. Pertanda agar Amin-mu untuk kesehatanku terkabul."

Nah, Kumis berbalik dari Tebal. Dia menuduhkan kerumitan yang membuat Nipis tertawa,
"Ah, Nipis... Usia hanya angka. Tidak penting. Apa yang lebih hebat dari ini: preman yang menyerah pada rambut putih bapaknya?"

Nipis tertidur di kulkas dan kulkas adalah saksi saat Nipis tertawa. Menyelam hasrat dunia atas pemaknaan ke-percuma-an dan ke-tidakpeduli-an. Mungkin sebentar lagi Nipis akan bangun. Oh, dan ternyata benar... Hingga berakhir dalam kebekuan. Padahal sebenarnya Nipis masih belajar.

"Ini tahun kesekian-puluh kamu hidup dan nyaris semua hal remeh sudah tidak lagi pertama; hal remeh pernah sangat istimewa.", ujar Kumis.

Nipis masih tertidur di kulkas. Malah sekarang lebih hangat dengan prosa sederhana dari Kumis. Padahal Kumis hanya berdoa dan ingin membuat Nipis senang. Namun nyatanya Nipis memang senang. Rautan keriput saja yang senang bermonolog lain di hadapan Kumis.

"Tetapi kesederhanaan pernah sangat luar biasa. Itu adalah istilah pertama yang kamu pahami dan kamu pernah mengingat namamu sendiri. Nama-nama manusia lain datang dan pergi. Kamu seperti jembatan yang dilalui banyak nama; mengantar satu nama bertemu nama lain." ucap Kumis si lincah.

Ya, Nipis terbangun dan alhasil masih mengumpul 13 nyawa untuk lekas bergegas. Dia coba mengingat yang tidak diamnesiakan dirinya sendiri.

"Detail. Memori. Remeh-temeh. Hal yang tidak perlu susah-susah dihitung pakai kalkulator. Istilah yang tidak perlu kamus." Kumis tetap berucap dan menyapu debu dari rambut marun Nipis.

Entah ada berapa jumlah huruf dalam satu kata lalu beribu kalimat. Bukan hanya seolah, namun membetuk pasti, bahwa sebuah kasih dan penting itu adalah doa. Nipis meyakini itu dan meyakini Kumis sebagai manusia biasa dengan kepemilikan jantung yang luar biasa.

"Ada banyak amin mengapung di udara. Tangkap satu saja. Sebab semua doa seharusnya baik. Amin." doa Kumis tercampur tulus. Semoga tetap mempertahankan kebersihan.

Nipis keluar dari kulkas. Meneriakan sesuatu yang buat Kumis, bahkan harapnya Rabun dan Tebal pun senang, tapi pasti senang karena Nipis kini sudah cukup matang untuk belajar tidak cepat peduli dan tidak mudah mempelajari nilai setiap manusia dari abjad matematika.

"Semoga dan amin adalah prosa mini sejoli di antara lahir, pengulangan dan mati. Mengerti, kini sebaiknya menikmati karena kita adalah sebagian seniman yang ingin mewujudkan karya aminnya semampu mungkin." desah Nipis pada jantung Kumis.

Kumis mencium Nipis selama mungkin dengan kecepatan cahaya. Apa yang terjadi? Amin.


5 Juli 1991 - 5 Juli 2013

No comments:

Post a Comment